Al-Hawariyun (1): Para Pendamping dan Pelanjut Nabi Isa

“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. al-Imran/3: 52).

Al-Hawariyun adalah jamak dari kata Hawari, yaitu pengikut setia Nabi ‘Isa a.s. Mereka mendampingi Nabi Isa a.s. berdakwah menegakkan risalah Allah di muka bumi. Al-Quran menyebut mereka sebagai Ansharu’llah, yaitu para penolong (risalah) Allah.

Para Hawariyun menorehkan kiprahnya masing-masing. Mereka menyebar ke seantero negeri untuk menolong dan membela sesama, diantaranya orang-orang lemah, orang  sakit (yang tidak memiliki kemampuan mengikhtiari kesehatannya), memperingatkan kaum Yahudi agar tidak membuat sebab kesenjangan sosial, dan membela serta mempertahankan diri dari kiprah para penentang risalah.

Dari beberapa catatan tentang Hawariyun, diambil kesimpulan bahwa jumlah Hawariyun sekitar dua belas orang. Adapun kedua belas Hawariyun tersebut adalah:

  1. Andariya bin Yunus; adalah murid Nabi Yahya a.s. yang selanjutnya mendedikasikan diri untuk membantu dakwah Nabi Isa a.s. Beliau menjadi menjadi Hawari pertama Nabi Isa a.s.
  2. Syam’un al-Khaifa bin Yunus; adalah nelayan Baitus Saida yang berdomisili di negeri al-Jaliliya (daerah Libanon sekarang). Ia adalah saudara Andariya bin Yunus. Nabi Isa a.s. menjulukinya dengan sebutan Al-Khaifa yang berarti “batu”. Syam’un memiliki murid bernama Markus, yaitu tokoh yang berkontribusi dalam melakukan perawian seluruh kehidupan Nabi Isa a.s.. Perawian ini selanjutnya diakui kaum gereja dan ditetapkan sebagai Injil Markus.
  3. Ya’qub bin Zabdiya; adalah nelayan Baitus Saida yang yang diambil sumpah setia sebagai Hawari oleh Nabi Isa a.s. bersama saudaranya (Yahya bin Zabdiya) di pesisir danau Janisrah. Nabi Isa a.s. memberi julukan kepada anak-anak Zabdiya dengan sebutan Bani Ar-Ragas yang berarti “Anak-anak guruh atau anak Amarah”.
  4. Yahya bin Zabdiya; adalah nelayan Baitus Saida yang kemudian menjadi Hawari paling masyhur karena beberapa karyanya, yaitu: 1) perawian kehidupan Nabi Isa a.s. (yang selanjutnya diakui kaum gereja dan ditetapkan sebagai Injil Yahya), 2) penulisan kitab Wahyu, dan 3) pencatatan kabar gembira tentang kedatangan nabi akhir zaman dengan ciri-ciri: 1) memiliki pedang bermata dua, 2) memiliki kendaraan tunggangan berwarna putih, 3) memiliki umat yang dimuliakan dengan kitab Al-Qur’an, dan 4) berada di negeri keselamatan baru yang memiliki Ka’bah (yaitu Makkah).
  5. Falifi al-Jalily; adalah penduduk biasa yang menetap di negeri al-Jalily.
  6. Ya’qub bin Alifi; adalah Hawari yang berasal dari keluarga pembesar Bani Israil yang cukup dihormati. Ia terkenal karena komitmennya menyeru Bani Israil agar mereka memakan makanan yang Halal dan baik.
  7. Mattaya al-Lawiy, bin Alifi; adalah pemungut pajak yang melakukan perawian atas kehidupan Nabi Isa a.s. Perawiannya diakui kaum gereja dan dikenal sebagai Injil Mattaya. Ia bersama Yusuf Ibnu Nabas termasuk ke dalam kelompok para penulis wahyu.
  8. Yusuf Ibnu Nabas al-Hawari; adalah Hawari yang tidak kalah pentingnya dikalangan pengikut Nabi Isa a.s.. Beliau adalah seorang yang kaya raya lagi dermawan, berasal dari Bani Israil suku Lawi. Yusuf Ibnu Nabas juga merawi kehidupan Nabi Isa a.s. yang selanjutnya dikenal dengan Injil Barnabas. Nnamun oleh kalangan gereja (buatan Sya’ul) selanjutnya tidak diakui oleh karena subjektifitas Syaul terhadapnya.

Ibnu Nabas termasuk Hawari pencatat wahyu (bersama Matta al-Lawiya). Ia awalnya berdakwah bersama Sya’ul ke negeri Siprus, Asia kecil, Yunani, Romawi, Tarsis, dan negeri-negeri Arab serta Afrika. Dalam perkembangan dakwahnya bersama Syaul, Ibnu Nabas menemukan kejanggalan dari setiap dakwah Sya’ul yang mulai bertentangan dengan ajaran Nabi Isa a.s. Akhirnya ia memisahkan diri dari komunitas yang digagas Sya’ul dan memutuskan kembali (bersama pembantunya yang bernama Yahya) ke Siprus.

Semenjak itu, Sya’ul dengan surat-suratnya selalu menghujat dan sangat memusuhi Ibnu Nabas. Bahkan ia juga memusuhi bebera Hawari lainnya (yang tetap teguh memegang risalah Nabi Isa a.s.) dengan fitnahan dan kebohongan, diantaranya adalah Ya’qub (Yamisi) dan Syam’un al-Khaifa. (bersambung…) (Ustadz Edu)