Bahagia menjadi Relawan Penerjemah

Sulitnya akses difabel, terutama penyandang tuli untuk mendapatkan ilmu agama membuat Iis Jamilah tergerak membantu mereka. Berbekal kemampuan selama berkuliah, perempuan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini, berharap ilmunya dapat bermanfaat terutama bagi para penyandang tuli.

Setiap Kamis, Iis menjadi relawan penerjemah bagi santri Daarut Tauhiid (DT) yang tuli-bisu. Ceramah yang KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sampaikan, ia sampaikan kembali kepada santri tuli dengan menggunakan bahasa isyarat. Antusias para santri tuli terlihat dengan bertambahnya santri tuli setiap pekannya.

Selama menjadi relawan penerjemah, Iis mengaku bahagia dan mendapatkan sesuatu yang tak bisa ia dapatkan di tempat lain. Tidak hanya ikut membantu menyampaikan kebaikan, baginya, menjadi relawan penerjemah adalah cara untuk merasakan apa yang orang lain rasakan, terutama santri tuli.

“Alhamdulillah, senang sekali. Tidak hanya tantangan dan pengalaman baru, lebih dari itu, saya bisa turut merasakan apa yang mereka rasakan, terutama merasakan kebutuhan suatu informasi,” katanya.

Tak puas dengan ilmu yang didapatkannya selama berkuliah, Iis kerap mengikuti kelas bahasa isyarat atau belajar dari berbagai media agar kemampuannya terus berkembang. Hal itu ia lakukan bukan tanpa tujuan. Dengan kemampuannya itu, Iis berharap, para penyadang tuli, terutama santri karya tuli mendapatkan informasi dan ilmu agama seperti santri karya DT pada umumnya.

“Ikut kelas bahasa isyarat, terus banyak-banyak ngobrol dengan teman-teman tulinya,” katanya, pada Ahad (28/1).

Teller keuangan Microfinance Syariah Berbasis Masyarakat (Misykat) ini mengatakan, jika dirinya berhalangan hadir, maka ia akan segera mencari penggantinya. Biasanya, ia meminta bantuan rekannya agar santri tuli dapat menyimak tausiah yang disampaikan.

Iis berharap, DT dapat menjadi pelopor atau role model sebagai pesantren yang ramah difabel, sehingga tak ada lagi santri atau jamaah difabel yang merasa termarginalkan. Menurutnya, ketika teman-teman difabel mendapatkan kemudahan mengakses informasi dan sebagainya, mereka akan sangat bahagia, merasa keberadaan mereka dihargai dan dipandang sama dengan yang lainnya.

“Semoga pihak DT semakin semangat untuk menyediakan aksesibilitas komunikasi bagi teman-teman tuli, dan aksesibilitas untuk teman-teman difabel lainnya,” harapnya.