Berani Memilih yang Allah Rida

Saudaraku, kita adalah ciptaan Allah SWT, yang merancang, membentuk diri kita adalah Allah. Yang paling tahu apa yang terbaik bagi kita adalah Pencipta kita. Jadi kalau kita memilih sesuatu, maka pilihlah yang terbaik bagi kita. Lantas di manakah hal yang terbaik bagi kita itu? Hal yang terbaik bagi kita ada pada rida Allah. Apa pun yang Allah rida, itulah yang terbaik bagi kita.

Syaikh Ibnu Atha’illah, semoga Allah rida kepadanya, menerangkan, “Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Allah, ialah apa-apa yang Allah menyuruh kepadamu. Karena itu sebaik-baik doa adalah, ‘Allaahumma inni as-aluka ridhaka wal jannah wa a’udzubika min sakhatika wannaar, Ya Allah aku mohon kepada-Mu ridhamu dan surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan api neraka.’”

Kita akan bertemu dengan banyak pilihan dalam hidup ini. Dari urusan yang kita anggap kecil sampai yang besar. Dari urusan memilih baju mana yang akan kita pakai, sampai urusan memilih pasangan hidup. Dari urusan memilih rute jalan, sampai memilih pemimpin. Dan, urusan yang sangat besar yaitu memilih antara menyegerakan ibadah atau menunda-nundanya.

Jika ada keimanan yang kuat dalam hati kita, maka akan hadir keberanian besar pula dalam hati kita untuk memegang prinsip hidup yaitu memilih hanya apa yang Allah ridai, baik itu dalam urusan yang kita anggap kecil maupun besar. Kemampuan memilih seperti demikian membutuhkan keberanian. Karena kalau ada rasa takut kita kepada makhluk, maka kita akan kalah oleh godaan syaitan yang senantiasa menghasut kita untuk menyepelekan ketaatan kepada Allah. Apalagi syaitan selalu pintar dan banyak akal untuk menggoda manusia, dan menjadikan kemunkaran menjadi tampak indah pada pandangan manusia.

Ibnu Al Qayyim menerangkan bahwa syaitan akan menempuh enam cara untuk menjerumuskan manusia supaya tersesat, yaitu:
1. Membujuk manusia agar mengingkari Allah atau menyekutukan-Nya. Jika tidak berhasil, maka dia beralih pada cara kedua.

2. Membujuk manusia agar melakukan bid’ah yang sesat. Jika manusia berpegang teguh pada sunnah, maka syaitan beralih pada cara ketiga.

3. Menggoda manusia untuk melakukan dosa besar. Jika manusia masih bisa bertahan dan tidak terbawa godaannya, maka syaitan menempuh cara keempat.

4. Menggoda manusia untuk melakukan dosa kecil. Jika manusia terhindar dari dosa kecil, atau bertobat ketika menyadari dosa kecil yang dilakukannya, maka syaitan segera beralih pada cara kelima.

5. Menggoda manusia dengan perbuatan yang sia-sia.

6. Kemudian syaitan menggoda manusia agar sibuk dengan hal-hal yang baik tapi mengabaikan urusan yang lebih baik. Misalnya, seseorang disibukkan dengan ibadah-ibadah sunnah tetapi mengabaikan ibadah fardhu.

Perlu keberanian dalam memilih. Tidak sedikit orang yang kesulitan menentukan pilihan. Ada orang yang terpaksa memilih terlibat dalam kemaksiatan hanya karena tidak enak sama teman atau sama atasan. Ada juga orang yang memilih untuk mengambil yang haram hanya karena takut sama pasangan. Ada orang yang memilih pekerjaan yang mengandung dosa hanya karena takut tidak dapat rezeki.

Allah SWT rida kepada hamba-hamba-Nya yang taat, yang menjauhi maksiat, maka beranilah memilih apa yang Allah ridai. Niscaya hidup bahagia, tenang, mulia dunia akhirat. (KH. Abdullah Gymnastiar)