Cinta Dunia

Rasulullah saw adalah pribadi mulia sekaligus pemimpin yang sangat dicintai umatnya. Beliau juga suami yang menjadi kebanggaan keluarganya, dan pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak olehnya. Ini karena Rasulullah adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari pesona dunia. Beliau tidak cinta dunia (hubuddunya), karena cintanya hanya kepada Allah.

Cinta dunia membuat manusia lalai dan tertipu. Allah Taa`la berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. al-Hadiid [57]: 20)

Yang dimaksud dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, salat, saum atau sedekah, tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk. Jika ingin tergolong ibadah, maka niatnya harus tertuju kepada Allah.

Bagaimana bisa kita mengenali orang yang cinta dunia? Salah satu cirinya adalah menjadikan orang tersebut diperbudak dengan hal-hal yang dicintainya dan muncul penyakit hati. Dengan harta yang banyak, orang yang cinta dunia menjadi sombong, pelit dan tidak mau berbagi. Jika orang makin cinta pada dunia, maka semakin serakah. Bahkan yang paling bahaya, ia bisa berbuat keji dengan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya.

Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pencinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia.

Lalu, bagaimana seharusnya agar kita tidak menjadi cinta dunia? Ingat dan sadari semua yang ada di langit dan di bumi ini merupakan titipan Allah. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya.

Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan semuanya titipan Allah, ia selalu siap jika titipannya diambil pemiliknya. Ia tidak menyesal karena segala sesuatu di kehidupan dunia ini tidak berarti bila tidak digunakan di jalan Allah. Karena itu, jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun tidak perlu minder. (KH. Abdullah Gymnastiar)