DT Peduli Resmikan 400 Family Shelter di Palu dan Donggala

Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Daarut Tauhiid (DT) Peduli meresmikan 400 family shelter di Palu dan Donggala. Peresmian dilakukan di tiga wilayah terdampak gempa dan tsunami terparah beberapa waktu lalu.

Selasa (26/2), DT Peduli meresmikan 150 unit family shelter di Desa Lero Tatari, Kecamatan Sindue dan 210 unit family shelter di Desa Lero Induk, Kecamatan Sindue. Keesokan harinya, pada Rabu (27/2), DT Peduli meresmikan 40 unit family shelter di Desa Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu.

Herman, Direktur Utama DT Peduli menyebutkan, pembangunan family shelter ini merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap saudara-saudara yang terkena musibah di Palu dan Donggala. DT Peduli sebagai Laznas yang dipercaya masyarakat, menyalurkan bantuan yang ditipkan tersebut berupa 400 unit family shelter.

“Ini adalah kepedulian masyarakat. Bayangkan, sebelum ada family shelter mereka para pengungsi tinggal di tenda-tenda alakadarnya. Saat panas, mereka kepanasan. Saat malam, mereka kedinginan. Saat hujan pun, tenda mereka bocor dan kebanjiran,” katanya.

Herman menambahkan, program family shelter merupakan program kedua setelah program tanggap darurat. Family shelter ini dilengkapi masjid, MCK, sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari, dan ruang ramah anak.

Setelah program kedua ini, meskipun sederhana, Herman berharap para pengungsi dapat tinggal lebih layak dan lebih nyaman serta menjadi amal saleh bagi para donatur DT Peduli.

“Alhamdulillah, program Palu tahap kedua telah selesai dilaksanakan. Semoga ini menjadi amal saleh buat kita semua terutama bagi para donatur yang telah menitipkan dana program family shelter,” tambahnya.

Usai pembangunan family shelter, DT Peduli berencana membuat program pemberdayaan untuk warga di Palu dan Donggala. Karena kebanyakan warga bekerja sebagai nelayan, maka DT Peduli akan mencoba membuat program yang cocok untuk membantu para nelayan.

“Insya Allah, kalau anggaran masih ada, kita akan coba memikirkan program pemberdayaan ekonominya, karena selain membutuhkan tempat tinggal, mereka juga membutuhkan support ekonominya untuk keberlangsungan hidupnya, “jelas Herman. (Rie)