Dzulqarnain: Raja Agung nan Gagah dan Rendah Hati

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya’. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu”. (QS al-Kahfi/18: 83-84).

Kisah Dzulqarnain berawal dari kedatangan sekelompok musyrikin Madinah kepada Rasulullah SAW. Mereka mengajukan tiga pertanyaan sulit kepada Baginda. Ketiga soal itu adalah: 1) persoalan tentang roh, 2) tentang ashabul kahfi, dan 3) tentang Dzulqarnain. Pertanyaan ini sengaja dipesankan oleh kaum Yahudi kepada kaum musyrikin tersebut dengan maksud menciptakan keraguan dan mengadu domba.

Allah Yang Maha Tahu memberi petunjuk kepada Nabi-Nya agar bisa menjawab semua pertanyaan itu. Terkait dengan pertanyaan ketiga, Allah menyampaikan bahwa Dzulqarnain telah Allah berikan karunia kemuliaan dan kekuasaan di muka bumi ini. Allah menganugerahkan wawasan dan kemampuan dalam bidang ilmu politik, tata negara, pengaturan tentara, kekuatan persenjataan, dan berbagai kemampuan lainnya.

Melalui semua kelebihan itu, Dzulqarnain beserta pasukannya mampu mengelilingi semua penjuru bumi dan menaklukkan semua yang dilewatinya. Ia mendakwahkan Islam di seantero dunia yang bisa dilewatinya. Dan berbagai kemenangan demi kemenangan menyertai kisah haru perjuangannya.

Suatu saat, pasukan Dzulqarnain tiba di ujung wilayah tempat matahari terbit (wilayah timur). Di negeri ini, Dzulqarnain mendapati kaum yang tidak terlindungi dari panas matahari. Mereka tidak memiliki rumah tinggal untuk berteduh. Mereka hanya melindungi diri di tempat-tempat yang sudah tersedia. Ibarat binatang liar, mereka membuat lubang-lubang di dalam tanah atau mencari gua untuk berlindung dan melepas lelah.

Penuh harap, mereka menyampaikan tentang ancaman yang sedang dideritanya. Mereka menceritakan perihal Ya’juz-Ma’juz yang telah menyerang, menganiaya, merusak, dan memutuskan jalan-jalan penghubung mereka Sebenarnya mereka tidak fasih dalam berbicara. Namun karena kemampuan analisa dan ketajaman wawasannya, Dzulqarnain memahami apa yang diinginkan masyarakat tersebut.

Lalu mereka mengumpulkan dan memberikan sejumlah imbalan kepada Dzulqarnain namun ia menolaknya.  Dzulqarnain menyampaikan bahwa pahala dari Allah saja telah cukup baginya. Ia selanjutnya mengajak semua masyarakat agar mau bahu-membahu bekerjasama menghalangi dan menghambat pergerakan Ya’juz-Ma’juz.

Dzulqarnain menganalisa. Ia menemukan sebuah ide menghadapi Ya’juz-Ma’juz. Selanjutnya ia meminta  masyarakat untuk mengumpulkan potongan-potongan besi sebanyak-banyaknya. Oleh karena semuanya kompak mengikuti arahan Dzulqarnain, potongan besi yang terkumpul begitu menggunung sehingga sama rata dengan puncak kedua gunung yang ada di sekitarnya.

Selanjutnya Dzulqarnain memanaskan gunungan potongan besi. Ke tengah-tengan potongan besi yang panas tersebut lalu ia menuangkan tembaga yang sudah dicairkan terlebih dahulu. Semua celah coba ditutup sehingga terbentuklah dinding kokoh diantara kedua gunung tersebut yang tidak bisa didaki dan dilobangi oleh Ya’juz-Ma’juz.

Seusai menyelesaikan pekerjaan besar itu, Dzulqarnain mengajak masyarakat untuk bersyukur kepada Allah SWT. Selanjutnya ia menyampaikan sebuah pidato penting bahwa dinding yang dibuat ini tidak akan hancur sebelum datang masa akhir zaman. Dan semuanya terjadi atas karunia serta rahmat dari Allah SWT. Oleh karenanya, masyarakat setempat diharapkan berkonsentrasi penuh untuk menghambakan diri dan berkarya bagi Allah semata. Semuanya dimaknai bukan karena kewajiban semata, melainkan karena setiap diri membutuhkan penyelamat atas adzab yang senantiasa mengancam dirinya yang hanya bisa diselamatkan oleh rahmat dan maghfirah-Nya. Atas kedua anugerah inilah semua manusia (siapapun) akan dihantarkan kepada ridha Allah SWT dan ditempatkan di tempat terbaik yang telah Allah siapkan baginya, yaitu surga yang telah dijanjikan. Wallahu a’lam.

Oleh : Ustadz Edu, sumber foto : deviantart.com/l8