Gizi Buruk? Jangan Dong!

Telah banyak pemberitaan di media massa tentang anak-anak Indonesia yang terkena gizi buruk, bahkan juga busung lapar. Ternyata generasi-generasi penerus bangsa ini masih banyak yang tidak terjaga kesehatannya. Kemiskinan yang diderita sebagian besar penduduk erat kaitannya dengan keadaan gizi kurang. Meskipun demikian harus ada yang dilakukan untuk memperbaiki gizi anak-anak di Indonesia.

Dalam surah an-Nisaa [4] ayat 9 ditegaskan, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Tubuh manusia dapat diumpamakan seperti mesin. Bahan baku yang digunakan adalah zat gizi yang terkandung dalam makanan, terserap menembus dinding saluran pencernaan dan menghasilkan energi yang digunakan tubuh secara menerus untuk mempertahankan kehidupan. Jantung, paru-paru, dan berbagai organ lain di dalam tubuh kita.

Penderita gizi buruk disebabkan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan, maka tubuh menjadi lebih rawan terhadap penyakit infeksi. Begitu pun angka kematian akibat penyakit tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan golongan gizi baik. Kenyataan ini memberikan petunjuk bahwa perbaikan gizi akan diikuti oleh penurunan angka kesakitan dan kematian.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan gizi anak-anak, yakni:

  1. Meningkatkan pemahaman penggunaan ASI.

Kegunaan air susu ibu (ASI) antara lain sebagai kandungan zat gizi dan zat kebal yang dibutuhkan bayi, sehingga bermanfaat dalam pencegahan gizi buruk dan penyakit infeksi. Sosialisasi pentingnya penggunaan ASI merupakan kegiatan yang tidak dapat ditangani oleh petugas kesehatan saja, tapi perlu keterlibatan suami dan anggota keluarga lain, seperti teman, atasan tempat bekerja, serta seluruh masyarakat.

Banyak alasan yang dikemukakan sehingga seorang bayi berhenti menyusu. Misal, di pedesaan biasanya karena kehamilan kembali seorang ibu, sehingga berhenti menyusui. Ibu merasa anak sudah cukup umur untuk mengonsumsi makanan biasa atau ASI tidak cukup. Sedangkan di perkotaan biasanya karena ibu yang harus bekerja dan pengaruh susu atau iklan makanan bayi.

Meningkatnya jumlah perempuan yang harus bekerja meninggalkan rumah sebagai tuntutan ekonomi rumah tangga, mengalihkan penggunaan air susu ibu pada bahan-bahan pengganti ASI, misalnya susu botol. Kenyataan ini diikuti bertambahnya angka kejadian gizi buruk dan penyakit lain pada balita. Untuk negara berkembang, penggunaan susu botol secara ekonomi sangat memberatkan penduduk, sehingga ada kecenderungan dilakukan pengenceran agar lebih hemat. Akibatnya nilai gizi yang diperlukan anak menjadi tidak sempurna.

Banyak ibu yang beranggapan bahwa bayi yang sehat dan giat menangis diartikan akibat kurang ASI, sehingga ibu akan memberikan makanan tambahan. Akibatnya bayi akan merasa kenyang dan tidak cukup kuat atau sering mengisap ASI, sehingga jumlah produksi ASI pun menjadi berkurang.

Sesudah melahirkan sebaiknya ibu diberi kesempatan secukupnya agar dapat merawat dan menyusukan bayinya, tanpa mengurangi haknya sebagai tenaga kerja. Sebaiknya di tempat kerja juga disediakan tempat menyusui dan menitipkan anak, sehingga anak selalu mendapatkan ASI eksklusif.

  1. Pemberian makanan tambahan pada ibu dan anak.

Dalam rangka menanamkan kebiasaan makan yang mengandung gizi yang baik, dapat pula diterapkan cara belajar sambil berbuat. Dalam penyuluhan gizi dilakukan bentuk alat peraga yang banyak digunakan dengan bahan makanan, baik itu mentah maupun yang sudah siap dimakan. Bahan tersebut dipilih dari bahan yang tersedia tersebut dan mempunyai nilai gizi tinggi.

Empat sehat lima sempurna adalah pola makan sehari yang dianjurkan untuk keluarga Indonesia. Empat sehat adalah hidangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Untuk mencapai sempurna ditambah susu. Makanan pokok adalah bahan yang dimakan dengan porsi besar, merupakan sumber tenaga terdiri dari bahan makanan setempat yang mudah didapat berupa beras, jagung, gandum, singkong, gaplek, sagu, dan ubi jalar.

Lauk pauk adalah bahan yang dimakan sebagai penyedap makanan pokok. Biasanya lauk pauk melezatkan makanan sehingga makanan pokok dapat dinikmati dalam porsi besar. Umumnya merupakan sumber protein untuk pertumbuhan tubuh, penggantian sel-sel yang aus dan rusak. Lauk pauk biasanya merupakan jenis nabati dan hewani. Lauk jenis nabati seperti tempe, tahu, oncom. Lauk jenis hewani seperti telur, ayam, daging, ikan segar, kering maupun asin.

Buah-buahan dan sayuran merupakan sumber zat gizi yang membantu kelancaran proses dalam tubuh. Sebaiknya dipilih buah-buahan yang murah dan sesuai dengan musimnya. Untuk bayi cukup diberikan ASI, untuk anak-anak diberikan susu hewani.

  1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan anak pada ibu.

Banyak ibu-ibu baik di pedesaan maupun di perkotaan yang tidak mengerti bagaimana memberikan makanan yang baik untuk anak mereka. Istilah yang penting kenyang menjadi pola pikir lazim. Selain itu mereka tidak membiasakan anak- anak mereka untuk menjaga kebersihan, misalnya mencuci tangan, menggosok gigi dan mandi.

Oleh karena itu diperlukan posyandu-posyandu yang hebat, menjadi pembantu lapangan terbaik dengan melakukan pertemuan yang teratur dengan ibu-ibu. Mengadakan penyuluhan gizi, kesehatan atau melakukan demonstrasi cara memasak makanan sehat, murah, dan bergizi. (daaruttauhiid)