Having Fun! Syarat Anak Ikut Les Hitung

Entah mengapa matematika termasuk pelajaran yang paling sulit dikuasai para siswa. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan anaknya memiliki nilai jelek di mata pelajaran berhitung tersebut. Selidik punya selidik, banyak siswa gagal menguasai matematika karena metode pengajarannya yang sulit dimengerti. Jika ini yang terjadi, keberadaan tempat les hitung bisa jadi solusi.

Belajar sambil Bermain
Selain metode pengajarannya sulit dimengerti, seringkali guru yang mengampu mata pelajaran matematika gagal menarik minat siswa. Bahkan karena banyak siswa yang tidak juga bisa paham terhadap materi yang diajarkan, membuat guru menjadi frustasi dan menempuh cara-cara mendidik ala militer. Menggunakan hukuman (lisan maupun fisik) sehingga siswa merasa terintimidasi.

Tentu saja cara ini akan kontra produktif dengan hasil yang diharapkan. Bukannya membuat siswa jadi mengerti, alih-alih sebaliknya. Siswa jadi tertekan secara psikis selama proses belajar, dan perlahan tapi pasti menolak bahkan membenci pelajaran tersebut. Tidak heran kemudian berkembang keyakinan jika matematika merupakan momok pelajaran bagi para siswa.

Padahal, ketika mendidik seorang pengajar atau guru harus terlebih dahulu membangun suasana belajar yang menyenangkan. Mengondisikan mental anak untuk siap belajar dengan menganalogikan kegiatan belajar sama menyenangkan seperti bermain. Proses belajar sambil bermain ini dilandasi prinsip learning by fun, atau belajar dengan kegembiraan. Ketika anak belajar dengan gembira, maka pelajaran sesulit apa pun akan mudah dimengerti dan dikuasai. Pun halnya saat belajar matematika atau pelajaran eksakta lainnya.

Calistung Anak Usia Dini
Prinsip learning by fun banyak diterapkan di tempat les berhitung untuk anak. Mulai dari tingkat sekolah dasar, bahkan ada yang pra sekolah dasar (TK atau Play Group), tempat les tersebut mengemas metode berhitung mereka semenarik mungkin. Khusus untuk tingkat pra sekolah dasar, pelajaran berhitung biasanya satu paket dengan pelajaran membaca dan menulis (calistung).

Meski masih ada perdebatan boleh tidaknya anak usia dini (TK atau Play Group) diajarkan calistung, tidak sedikit orangtua yang memutuskan anaknya diajari keterampilan membaca, menulis, dan berhitung meski usianya tergolong dini. Hal ini bagi sebagian ahli parenting tidaklah mengapa, asal ada syarat yang harus dipahami orangtua sebelum mengambil keputusan tersebut.

Syarat itu adalah anak secara fisik dan psikis sudah siap untuk menerima pelajaran calistung. Untuk mengetahui siap atau tidaknya anak, orangtua bisa berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog anak atau ahli parenting. Tidak sekadar hasil pengamatan dari orangtua, atau masukan dari mereka yang bukan kompeten di bidang perkembangan anak. Jadi, jangan karena orangtua terlalu bersemangat hingga mengabaikan hal-hal penting terkait tumbuh kembang anak.

Jika anak telah dinyatakan siap untuk belajar calistung, maka orangtua bisa memilih tempat les hitung yang kredibel. Ada pun kriteria les berhitung untuk anak yang qualified, selain memiliki kurikulum calistung terstandarisasi, tempat les itu juga terbuka terhadap peran aktif orangtua. Maksudnya, orangtua tidak hanya diposisikan pasif mengantar dan jemput anak ke tempat les, tapi juga diajak turut mengawasi dan terlibat dalam proses pendidikan ketika anak berada di rumah. (daaruttauhiid)