Ikhtiar Membentuk Generasi Unggul

Kini zaman edan. Itulah penggalan kalimat dalam bait syair sebuah lagu yang muncul beberapa dekade silam. Penulis lagunya mungkin melihat betapa bobroknya norma dan etika generasi kita. Lantas bagaimana dengan keadaan sekarang? Secara jujur kita tidak mungkin menutup mata dari kasus demi kasus yang terungkap, bahwa ternyata kehancuran moral sudah semakin parah. Bukan hal aneh ada berita anak yang membunuh kedua orangtuanya, atau peristiwa lain yang lebih miris.

Siapakah yang bersalah atas kejadian itu? Keluarga, lingkungan, atau pribadi anaknya sendiri? Semua saling berkaitan, baik keuarga, lingkungan atau pribadi anaknya. Namun tentu keluargalah yang harus paling bertanggung jawab. Sebab, aktivitas anak dalam waktu dua puluh empat jam lebih banyak dalam lingkungan keluarga. Tanggung jawab penuh orangtua dalam mengarahkan moral dan membina mental anak.

Keluarga adalah jiwa dan tulang punggung suatu negara. Kesejahteraan lahir batin yang dialaminya adalah cerminan dari situasi keluarga yang hidup di tengah-tengah masyarakat negara itu sendiri. Demikian sebagian ungkapan M. Qurais Shihab dalam Membumikan al-Quran. Keluarga dalam Islam sangat fundamental. Karena dari sana akan terlahir generasi-generasi  tangguh, kokoh yang akan mengibarkan panji-panji kehidupan bernilai syariat.

Allah SWT telah berfirman dalam al-Quran surah an-Nisa [4] ayat 9, “Hendaklah takut (kepada Allah) orang yang bila (wafat dan) meninggalkan keturunan tiada berdaya, khawatir akan nasib mereka. Hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan mengatakan kata-kata yang benar.” Ayat ini menegaskan bahwa kita semua harus merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan, dan generasi-generasi yang lemah.

Setidaknya ada lima kelemahan yang harus dijauhi bagi generasi kita, seperti yang diungkapkan Prof. B.J. Habibi yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup dan yang lebih ditakutkan adalah lemah akhlak. Sebab itu, keluarga khususnya orangtua memikul beban untuk membentuk generasi keturunannya yang tangguh, kokoh dan berdaya sebelum mereka tinggalkan semuanya.

Hal ini ditegaskan sebagaimana asbabun nujul ayat tersebut. Ayat itu berkenaan dengan munculnya pertanyaan dari Sa’ad bin Abi Waqas kepada Rasulullah tatkala Abu Waqas menjelang wafat. Seraya bertanya, “Ya Rasul, aku ini memiliki harta yang banyak sementara pewarisku hanya seorang anak perempuan, bolehkah aku bersedekah 2/3 nya ya Rasul ? Rasul menjawab, “Tidak boleh.” “Kalau setengahnya ya Rasul?” “Tidak boleh!” “Bagaimana kalau 1/3 nya ya Rasul?” Rasulullah mejawab itu sudah banyak. Seraya beliau melanjutkan sabdanya, “Sesungguhnya apabila kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan mampu itu lebih baik daripada meninggalkannya dalam keadaan lemah tiada berdaya, sehingga menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain.” 

Generasi Unggul

Seperti yang telah diungkapkan bahwa ada beberapa hal yang harus dijauhi kelemahannya oleh generasi kita. Allah SWT telah menciptakan manusia secara sempurna dan mulia dibanding makhluk lainya. Hal ini terangkai dalam firman-Nya dalam surah at-Tin [95] ayat 4, “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Dari ayat ini diketahui bahwa Allah telah menciptakan manusia berikut potensi yang dikaruniakannya secara sama. Maka dari itu, generasi unggul adalah generasi yang mampu mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya. Pertama, potensi fisik. Kesempurnaan fisik yang telah Allah berikan digunakan dengan sebaik-baiknya serta dijaga kesehatannya. Pepatah mengatakan, “Dalam tubuh yang kuat terdapat akal yang sehat”. Dari itu generasi kita harus senantiasa tumbuh dengan fisik yang sehat dan kuat, sehingga dapat menjadi generasi yang bermanfaat bagi yang lainnya.

Kedua, potensi akal. Akal yang telah Allah anugerahkan senantiasa digunakan untuk berpikir optimal. Gali ilmu pengetahuan, perluas wawasan serta pertajam pemikiran. Banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki generasi kita, mampu memandang jauh ke depan dengan menyingkap dan memecahkan fenomena misteri yang terkandung di dalam alam semesta. Selain itu memiliki kekuatan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. 

Ketiga, potensi semangat hidup. Manusia ditakdirkan untuk berusaha, bekerja dan berkarya dalam mencari hidup dan penghidupan. Lemahnya semangat hidup akan berdampak pada penurunan aktivitas baik duniawi maupun ukhrawi. Jagalah semangat hidup generasi kita, sebab hal itu merupakan dasar untuk meningkatkan taraf hidup serta mengembangkan kehidupan.

Keempat, potensi qolbiyah. Setiap manusia mempunyai potensi ini, dan nilainya sangat berharga karena disinilah letak dinamisator untuk mengerahkan seluruh tubuh. Teraturnya qolbu/hati merupakan kekuatan untuk menata kehidupan kita. Hati yang bersih pada generasi kita akan membawa akhlak mulia. Nabi bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh (manusia itu) ada segumpal daging. Apabila daging itu bagus maka baguslah seluruh tubuh manusia itu dan apabila jelek (rusak) maka rusaklah seluruh tubuh manusia itu. Ketahuilah itu adalah hati (qolbu).” (al-Hadis).

Demikianlah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membentuk generasi unggul. Jauhi segala kelemahan, gali sebaik mungkin potensi yang senantiasa telah Allah berikan pada semua manusia. Wallahu ‘alam biss shawab. (daaruttauhiid)