Ketua DKM DT: Sia-sia Ibadah tanpa Keikhlasan

Para santri Dauroh Qolbiah (DQ) Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT) angkatan 89, sedang mengikuti kelas pematerian tentang ‘keikhlasan dalam beribadah’ oleh ustaz Agus Suhendar, kelas pematerian ini diikuti sebanyak 57 santri yang terdiri dari 31 santri Ikhwan dan 26 santri akhwat. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula muslimah Center.

Dalam kempatan kelasnya pemateriannya ustaz Agus Suhendar menguatkan dan mengingatkan kepada seluruh santri terhadap keikhlasan dirinya dalam beribadah, Ia mengatakan Syarat utama amalan diterima adalah ikhlas. Percuma rajin shalat, puasa, zakat, dan amalan lainnya kalau tidak dilandasi keikhlasan.

“Dalam Hadits riwayat Bukhari dan Mulism menyebutkan ‘Setiap amalan tergantung pada niatnya’, hal ini dimaksudkan setiap orang akan mendapatkan balasan dari ibadah yang dilakukan sesuai dengan niatnya. Kalau beribadah hanya sekedar ingin mendapatkan pujian dari orang lain, dia akan mendapatkan pujian, tapi tidak akan mendapatkan balasan dari Allah SWT,” jelasnya pada jumat (30/8).

Ia juga mengatakan, Karakter manusia ada empat: malas ketika sendirian, rajin ketika berada di hadapan banyak orang, semangat beramal bila disanjung, dan kurang semangat bila dihina.

“Kendati manusia selalu ingin disanjung dan dipuji, kita harus tetap berusaha untuk ikhlas dalam beribadah agar mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT, karena kalau tidak ikhlas ibadah yang dilakukan tidak ada nilainya di sisi Allah,” tambahnya.

Ustaz Agus pun menjelaskan, ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk melatih keikhlasan dalam ibadah: Pertama, memahami bahwa setiap amalan yang dilakukan atas izin Allah, karena tanpa kehendak Allah tidak ada manusia yang bisa mengerjakan apapaun. Sehingga dengan itu, rasa sombong dan angkuh akan hilang. Justru yang timbul nanti adalah rasa syukur.

Kedua, mengawali setiap perbuatan dengan ridha Tuhan. Artinya menyakinkan diri bahwa amalan yang sedang dilakukan itu diridhai oleh Tuhan, sehingga tidak dipengaruhi hawa nafsu.

Ketiga, menanamkan dalam diri bahwa amalan yang dilakukan semata-mata untuk Allah dan mencari ridha serta pahala dari Allah, sehingga tidak akan peduli bagaimana tanggapan dan pujian dari orang lain. (Sukmara Galih)