Kita Punya Tempat Pulang

Oleh : Aprilia Rahmanita

 

Marhaban ya Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan

 

Syukurku berkelipatan, Allah pertemukanku kembali dengan Ramadhan. Di Ramadhan kali ini, jangan biarkan hati merasa jauh dari Allah. Kita sebagai manusia harus bisa melunakkan hati ini dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, jangan remehkan dosa sekecil apapun, selalu bertaubat kepada Allah dan selalu memiliki sifat yang baik. Semoga Allah selalu jagai kita dari segala apapun pengganggu niat baik tekhusus selama Ramadhan ini.

 

Namun seringkali aku bertanya pada diri:

“Apa kabar hati? Masihkah kau selalu terjaga? Masihkah kau kuat untuk berjuang? Masihkah kau bisa mengawal untuk jadi jalan kebaikan? Masihkah kau sanggup menahan diri dari segala keburukan? Masihkah kau mau sempurnakan ikhtiar? Masihkah kau mau layakan diri ini untuk bisa masuk ke syurgaNya?”

 

Tanyaku lagi, pada hati:

“Apa kabar hati? Sudahkan kau merasa lelah? Sudahkah kau merasa letih? Sudahkah kau merasa sakit? Sudahkah kau merasa jatuh? Sudahkah kau merasa terluka?”

 

Tanyaku lagi dan lagi pada diri ini:

“Siapa yang dituju atas semua perjuangan?”. Dengan tegas ku menjawab:

Illahi anta maqsuudi, ya Allah, Engkaulah yang menjadi tujuanku.”Jika bukan karna Allah, pastilah banyak hal yang selama ini kita perjuangkan, menjadi sia sia, naudzubillah.

 

Dalam hidup, kita harus tau dulu rasa pahit, agar tau bagaimana rasanya manis, bukan? Pun dalam hidup, kita harus tau dulu rasa sakit, agar tau rasanya bahagia. Yang selalu aku ingat dari banyaknya nasihat adalah tetang kesyukuran yang harus selalu aku lipatgandakan hingga aku bisa lupa tentang bagaimana caranya mengeluh. Untuk itu, jangan menunggu bahagia untuk bisa bersyukur. Sebab bahagia akan datang dengan sendirinya ketika hati merasa cukup dan selalu bersyukur. Dan bagiku, bersyukur bukan hanya sekedar mengucap “Alhamdulillah“. Tapi lebih dari itu, yaitu mampu mempergunakan setiap apapun yang Allah amanahkan kepada kita, sesuai dengan aturan yang sudah sedemikian rupa Allah atur. Sebab hidup adalah seni tentang bagaimana cara mempeluas syukur dan juga memperpanjang sabar.

 

Kau tau? Yang kurasa, tanpa syukur, setiap pencapaian dari amal tak akan berbekas dihati. Tanpa kesabaran, amal akan cacat, tak tuntas sempurna. Pun tanpa ikhlas, amal hanya menjadi penggugur tugas, tak berbobot dihadapan Allah. Seringkali kukatakan pada diri: “Tak usah terlalu sibuk mencinta dunia, karna kita punya tujuan sebagai tempat pulang dan akan kesana.”

 

Setiap tujuan pasti harus memiliki perbekalan bukan? Maka berbekallah dengan ikhtiar dan doa yang maksimal. Dan semoga di Ramadhan kali ini kita sama-sama bisa berbekal dengan sebaik-baik kesibukan kepada Allah sebagai prioritas ikhtiar yang utama. Karna bagaimanapun, betapa kita tidak bisa apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa adanya pertolongan Allah. Untuk itu mari berbenah dan pantaskan diri agar ditolong Allah. Lalu setelah itu jangan lupa, bahwa menyikapi kehidupan itu perlu seni dan sebaik-baik seni dalam menyikapi kehidupan adalah husnudzon.

 

Kenapa harus husnudzon? Karena ketika kita diberikan ujian oleh Allah, seringkali mengguncang hati dan perasaan, ditimpa banyak kesedihan. Namun kesemuanya itu semata-mata agar Dia benar tau: siapa yang paling benar imannya, murni cintanya, agar kita kemudian semakin merindu pada tempat tinggal sebenarnya.

 

Seketika akupun teringat kembali ada nasihat singkat tentang ujian:

“Allah memberikan rasa sedih kepadamu bukan karena Ia tidak menyayangimu. Tapi justru Allah lebih menyayangimu dengan menyadarkanmu akan hal yang bukan milikmu.”

 

Dan benar memang, setelah melewati banyak kepahitan, kegagalan dan kekecewaan dalam hidup. Aku sadar bahwa ada sesuatu yang tidak bisa kita jamah, ada sesuatu yang memang telah di atur, sebagai manusia kita cukup berikhtiar dan berdoa sebaik mungkin. Lalu selebihnya kubiarkan Allah menyapaku dengan takdir terbaikNya. Sebab memang pada akhirnya aku selalu tersenyum-senyum, lalu terkagum-kagum dengan semua rencana Allah yang Maha Hebat. Kemudian aku tegaskan kembali pada diri: “Jangan cemas dengan segala sesuatu yang sudah memiliki sabuk waktu masing-masing, semua pasti ada masanya. Bersemangatlah untuk terus jadi baik wahai diri. Sebab kamu, adalah penyemangat terbaik untuk dirimu sendiri. Maka bersemangatlah untuk dirimu sendiri. Sampai kamu mampu untuk selalu berjuang untuk setiap hal apapun yang layak untuk kamu perjuangkan.”

 

Begitupun perjuangan dengan Al Quran di bulan Ramadhan kali ini, semoga bisa berjuang dengan sebaik-baik perjuangan, karna dengannya kita bisa menambah perbekalan untuk pulang. “Ingin rasanya bisa menjadi mulia dengan Al Quran,” tuturku lirih. Seketika kuteringat sebuah video yang seringkali membuatku luruh dan terenyuh karena banyak kalimat luar biasa didalamnya:

“Segala sesuatu yang berkaitan dengan Al Quran akan menjadi mulia: Jibril ‘alaihassalam, Al Quran turun bersamanya. Maka iapun menjadi pemimpin para malaikat dan dijuluki “ruuhul amiin“. Dan Muhammad ﷺ, Al Quran turun kepada beliau. Maka beliau menjadi pemimpin seluruh umat manusia, serta sebaik baik Nabi dan Rasul. Al Quran turun untuk umat Nabi Muhammad ﷺ, maka merekapun menjadi umat terbaik. Dan Al Quran turun di bulan Ramadhan, sehingga menjadi bulan yang paling mulia. Dan Al Quran turun di malam Lailatul Qadr, sehingga menjadi malam yang paling baik. Maka apabila Al Quran turun di hati seorang hamba, maka ia akan menjadi sebaik-baik manusia.” MasyaAllah, kalimat-kalimat indah penuh hikmah itu disampaikan oleh Syaikh Nayif Al Sahafi dan Syaikh Mansur Al Salimi. Semoga Allah selalu merahmati keduanya, aamiin.

 

Begitu banyak pelajaran serta hikmah dari setiap nasihat apapun yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh ampunan, bulannyaAl Quran. Semoga di Ramadhan kali ini kita bisa menjadi sebaik-baik hamba yang Allah mampukan untuk bisa mencari sebaik-baiknya berbekalan untuk pulang. Karena bagaimanapun kita punya tempat pulang dan akan kesana.

 

Aprilia Rahmanita

Santri PPM 10 Daarut Tauhiid