Malaikat Harut-Marut: Semua Hal Terjadi karena Izin-Nya

“Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (QS al-Baqarah/2: 102)

Raja Nebukadnezar memimpin Babilonia. Ia begitu terkagum-kagum dengan kemampuan sihir. Dan menurutnya, melalui sihir ini ia bisa melakukan berbagai hal untuk melanggengkan kekuasaannya.

Maka dikumpulkanlah para ahli sihir yang ada. Mereka mendapatkan binaan dan bimbingan supaya keterampilannya “terasah” sesuai harapan. Tentunya, para penyihir antusias mengikuti agenda penguasa karena dengannya mereka akan mendapatkan posisi terhormat di mata masyarakat.

Raja Nebukadnezar selanjutnya meminta para ahli sihir untuk menyebar dan mempertontonkan keterampilannya. Mereka membuat berbagai ketakjuban sekaligus ketakutan. Kedua hal ini terjadi bersamaan. Akibatnya, jiwa dan alam bawah sadar masyarakat tergiring kepada satu hal yang diharapkan penguasa yaitu ketidakmerdekaan akal dan jiwa.

Benar sekali. Masyarakat Babilonia terbukti begitu merasa takjub sekaligus takut dengan sihir yang sedang dilihat atau didengarnya. Alam bawah sadar mereka mengikuti settingan. Masyarakat tidak memiliki pilihan kecuali mendedikasikan dirinya mengikuti setiap arahan dan kehendak ahli sihir.

Para pembawa kebenaran resah. Masyarakat menjadi sulit dibawa ke ke nalar berpikir logis. Setiap pembicaraan selalu saja berujung kepada berbagai perandaian sebuah kemudharatan. Namun, mereka tidak menyerah. Berbagai usaha dikerahkan semua sebagai wujud ikhtiar maksimal. Adapun hasil, mereka menyerahkan kepada kuasa dan kehendak-Nya.

Allah sebagai Dzat Yang Mengetahui keadaan hamba-Nya mengetahui kebutuhan apa yang ada saat itu. Oleh karena yang terjadi di luar nalar kemampuan para pembawa kebenara, Allah membantu mereka dengan menugaskan dua malaikat untuk turun ke bumi dan menyelesaikan semuanya. Kedua malaikat itu bernama Harut-Marut.

Segera setelah berada di bumi, malaikat Harut-Marut mulai menemui masyarakat yang hendak mereka sadarkan. Keduanya terlebih dahulu menyampaikan bahwa pihak bumi yang berhak diimani adalah kenabian. Adapun praktik sihir harus secepatnya ditinggalkan dan dihilangkan karena tidak sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.

Oleh karena berbagai kekhawatiran “menghantui” mereka (senantiasa melintas dalam lintasan pikiran walaupun terus berusa dihilangkan), Malaikat Harut-Marut kembali menegaskan bahwa semua yang terjadi dalam diri seseorang dan di bumi adalah atas izin Allah. Sehingga, tidak akan pernah datang kemudharatan kepada seseorang apabila Allah tidak mengizinkannya. Maka, sebagai orang beriman yang memegang teguh kebenaran tidak boleh ragu atas kuasa Allah sehingga dalam dirinya ada ketakutan kepada selain-Nya.

Agar masyarakat ainul yaqin dengan apa yang disampaikan, malaikat Harut-Marut meminta izin untuk mengajarkan cara kerja sihir. Sebelum menjelaskan, keduanya menyampaikan pesan agar masyarakat cukup mengambil pelajarannya saja sehingga tidak boleh tidak mempraktikannya. Setelah terjalin kesepakatan, kedua malaikat itu mulai menjelaskan dengan berbagai pembuktiannya.

Akhirnya, masyarakat Babilonia mengerti bagaimana sihir bisa bekerja. Akal mereka mulai kembali ke nalar logisnya dan menetapkan Kemahakuasaan Allah saja dalam diri dan kehidupan mereka. Dengan demikian, masyarakat Babilonia bisa kembali fokus menyembah Allah semata. Oleh karena tugas sudah selesai dilaksanakan, malaikat Harut-Marut pun kembali ke alamnya (langit). Wallahu a’lam.

Oleh : Ustadz Edu, sum,ber foto : mu5lim.blogspot.com