Meraih Berkah dalam Usaha

Keberkahan adalah harga mutlak yang harus didapatkan saat meniti dunia usaha. Apapun jenis usaha yang digeluti, berkah atau tidaknya usaha tersebut, hendaknya menjadi goal yang diagungkan. Usaha yang dikerjakan, tidak hanya berputar masalah untung rugi dalam hitungan duniawi. Namun ia juga harus dibumbui nilai-nilai ukhrawi, yaitu keberkahan. Karena berkah oriented adalah sebuah deklarasi seorang hamba yang mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam hidup.

Manfaat Usaha yang Berkah
Lalu mengapa harus menempatkan keberkahan dalam usaha? Jawabnya karena dengan keberkahan, berbagai manfaat akan dapat kita dapatkan. Di antaranya adalah hati yang tenang, nyaman, dan kokoh dalam keyakinan kepada Allah. Selain itu, pertolongan Allah pun akan mudah mengalir dalalam setiap aspek kehidupan. Begitu juga dengan kemudahan dalam beribadah, merupakan salah satu manfaat dari usaha yang berkah. Ibadah yang dikerjakan, akan menjadi ringan, tanpa kesulitan yang berarti.

Manfaat yang lain, kerja yang dilakukan akan menjadi efektif dan efisien. Tidak ada yang terbuang percuma. Semuanya menjadi straight to the point, karena apa yang dilakukan senantiasa dalam tuntunan Allah. Dan yang paling penting, keselamatan dunia akhirat menjadi jaminan dan janji Allah bahwa pada setiap usaha kita dialiri nilai-nilai keberkahan.

Kiat Meraih Berkah
Lalu, bagaimana caranya agar usaha yang kita lakukan itu bisa berkah? Ada 13 kiat bagaimana meraih keberkahan dalam usaha. Pertama, pengetahuan dan keterampilan. “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan, kunci dari usaha yang berkah adalah ilmu. Jadi, saat akan memilih seseorang, haruslah dilihat kredibilitasnya. Layak atau tidak ia ditempatkan dalam posisinya. Sebab, banyak usaha yang bangkrut atau rugi, karena menyerahkan pengelolaannya pada orang yang tidak ahli.

Kedua, niat. Dalam melakoni dunia usaha itu, jangan sampai terbersit sekadar mencari uang atau yang berbau materi. Amatlah merugi! Sebab banyak orang yang amalnya lepas begitu saja karena tidak pakai niat. Hendaknya setiap usaha, dipayungi niat untuk taat dan kenal kepada Allah. Yang akhirnya membawa pada semakin kuatnya keyakinan akan janji dan jaminan Allah.

Ketiga, takwa. Dalam al-Quran surah At-Thalaq ayat 2-3, Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya (Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” Itulah kekuatan dari takwa dengan menyerahkan segala urusan pada Allah, maka Allah yang akan menyelesaikan urusan tersebut. Ikhtiar yang dilakukan, hendaknya dipahami sebagai bentuk usaha manusia, bukan sebuah kepastian terselesaikannya suatu urusan.

Keempat, kejujuran. Rasullullah saw pada seribu empat ratus tahun yang lalu, telah dikenal dengan panggilan al-amin (yang dipercaya) atas kejujurannya. Ini menunjukkan keutamaan dari kejujuran dalam hidup. Begitu juga dalam dunia usaha. Jangan gadaikan hidup dengan ketidakjujuran. Orang yang tidak jujur akan ditinggalkan dan dijauhi orang-orang di sekitarnya. Dunia usaha yang dibangun atas dasar kepercayaan, akan membuat orang yang tidak jujur, tertolak keberadaannya. ”Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan kedustaan menimbulkan keraguan.” (HR. Tirmidzi)

Kelima, tekun (istiqamah). Ketekunan atau istiqamah mendatangkan karamah (kemuliaan). Dalam dunia usaha, hal ini juga berlaku. Tidak ada satu pun usaha akan berhasil, jika tidak ditekuni. Jadi kuncinya adalah tekun. Yang berarti fokus dalam mengelola usaha yang saat ini dilakukan. Karena dominan masalah dalam dunia usaha, adalah kurangnya ketekunan. Keenam, tawakal. Bila kita di dalam jurang, dan hanya ada seutas tali yang tergantung erat, apa yang harus dilakukan? Tentu saja berpegangan kuat pada tali tersebut. Sebab kita tahu, tali itu yang akan menyelamatkan kita. Itu juga berlaku pada konsep tawakal. Dengan berserah diri hanya kepada Alllah, maka yakinlah bahwa Allah mengurus rezeki kita. “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya.” (QS. Ath. Thalaq:3).

Ketujuh, bangkit lebih pagi. Usahakan tidak tidur ba’da shubuh. Karena keberkahan dan rezeki ada saat selesai shalat shubuh hingga fajar menjelang. Perbanyak aktifitas atau sedekah. Kebiasaan ini tidak hanya membawa keberkahan atas usaha yang dilakukan pada siang hari, tapi juga akan membuat kita siap menghadapi tantangan pada hari itu. Kedelapan, ingat Allah (zikrullah). Senantiasa melafazkan zikir, akan mendatangkan banyak manfaat. Menghiasi hari dengan mengingat Allah, akan menjauhkan diri dari tipu daya setan. Ucapan zikir seperti, ya Fattah, itu membuka urusan. Ya Rozak, itu yang membuka pintu rezeki. Bisa juga dengan istighfar, yang banyak manfaatnya. Seperti diampuni dosa, diberikan ketentraman dan diberikan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.

Kesembilan, syukur. “Jika kalian bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat itu kepada kalian dan jika kalian ingkar, maka siksa-Ku amat keras.” (QS. Ibrahim:7). Ini adalah janji dan jaminan Allah. Perilaku yang tidak hanya mengantarkan pada rahmat Allah, namun juga kasih-Nya. Sepuluh, toleransi. Bentuknya bermacam-macam. Di antaranya dengan mempermudah orang yang berutang. Bila ia belum mampu melunasinya, dalam Islam diajarkan untuk menangguhkan waktu pelunasannya, kalau perlu dibantu atau dikurangi. Bila memungkinkan, utang tersebutkan dihalalkan. “Allah Mengasihi orang-orang yang longgar apabila menjual dan apabila membeli dan jika menagih hutang” (HR. Bukhari).

Sebelas, zakat dan infak. Jika ingin terbukanya pintu rezeki, harus membukakan pintu sedekahnya. Jangan khawatir akan kekurangan, karena tidak ada ceritanya orang yang miskin karena mengeluarkan hartanya untuk zakat, infak atau sedekah. Duabelas, merasa cukup (qanaah). “Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya jiwa.” (HR. Bukhari Muslim). Yakinilah ini dan jadikan sifat qanaah sebagai sikap hidup dalam melakoni dunia usaha.

Tigabelas, silaturrahim. Kadang kala kita berdoa minta rezeki, tapi kita sendiri yang menolaknya. Allah mendatangkan rezeki lewat konsumen, namun tertolak karena perilaku kita. Karenanya jangan mengusir konsumen dengan perilaku negatif. Hormati dan perluas silaturrahim. Itu dapat membuka jalan bagi datangnya rezeki.

Demikian kiat untuk meraih berkah dalam usaha. Semoga keberkahan di dunia usaha akan terwujud. Sebagaimana ikrar bahwa hidup dan mati hanya untuk Allah, maka keberkahan adalah hasil nyata akan kebenaran dari ikrar tersebut. Ikrar yang menuju keselamatan dunia akhirat. (Abdurrahman Yuri)

sumber foto: fajar.co.id