Muslimah Jelang Ramadan

Subhanallah, Ramadan telah menghampiri kita. Bulan mulia yang menawarkan beragam pahala berlipat ganda dan ampunan dari Allah SWT. Begitu banyak  keutamaannya yang tidak kita dapatkan pada bulan lainnya. Sayangnya, masih sedikit di antara kita, kaum muslimah yang bersungguh-sungguh menyiapkan diri menyambut bulan ini.

Kebanyakan kita hanya sekadarnya, tidak optimal. Andai kita mau berkaca pada episode Ramadan tahun-tahun kemarin, kita akan mendapati amalan kita yang masih sangat sedikit. Terlewat begitu saja atau tidak sungguh-sungguh.

Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali mereguk lezatnya Bulan Ramadan. Kita harus mensyukuri hal ini. Karena artinya, Allah sekali lagi memberikan kesempatan untuk lebih memanfaatkan bulan suci ini. Untuk menjadi muslimah baru, yang lebih baik, lebih dicintai Allah SWT. Oleh karenanya menjadi keharusan bagi kita untuk mempersiapkan diri secara maksimal menjelang Ramadan kali ini.

Persiapan awal yang dapat kita lakukan dalam menyambut bulan mulia ini, di antaranya adalah bergembira, bersuka cita menyambut Ramadan. Orang-orang berimanlah yang akan bersikap seperti ini, karena ia sangat berharap dapat meraih cinta Allah. Meraup sebanyak mungkin pahala dan ampunan Allah. Dengan begitu, ia yakin Allah akan mengampuni dosa dan kesalahannya pada masa silam.

Ramadan sungguh sebuah ladang amal yang luas, yang dapat menjadi bekal untuk kampung akhirat kelak. Apalagi di Bulan Ramadan ini, Allah menjanjikan membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka, serta membelenggu syaitan. Bukankah hanya orang bodoh yang tidak tergiur dengan janji Allah ini?

Tentu tidak cukup itu saja, kita pun harus menyiapkan bekal ilmu yang berkaitan dengan berbagai amalan pada Bulan Ramadan ini. Ilmu yang melandasi pemahaman akan membuat kita menjadi lebih baik dan benar dalam beribadah dan beramal. Orang yang tidak tahu ilmu saum, hanya ikut-ikutan atau sekadar menunaikan kewajiban tentu tidak bernilai lebih.

Tingkatan saumnya pun baru sebatas menahan diri dari makan dan minum saja. Padahal jika kita tahu ilmunya, bahwa saum pun berarti menahan diri dari nafsu yang tidak baik, mengendalikan mata, pendengaran, dan hati, pasti akan berimbas positif pada diri kita.

Mengerti tentang pahala saum, akan membuat kita bersungguh-sungguh menjalaninya, karena kita sangat ingin menjadi orang yang  bertakwa. Begitu pun yang lainnya. Dengan demikian, wahai ukhti fillah, siapkan dirimu dengan bekal ilmu tentang Ramadan. Kian akrab dengan buku-buku atau kajian tentang fikih saum. Mudah-mudahan dengan begitu kita makin siap, mantap memasuki Bulan Ramadan. Insya Allah.

Sebagaimana kaum laki-laki, pada Bulan Ramadan, muslimah pun mendapat syariat yang sama, yaitu yang paling utama adalah kewajiban saum (QS. 2:183). Namun, tentu saum yang dimaksud tidak sebatas manahan diri dari lapar dahaga semata. Kita juga harus menahan diri dari segala hal yang mengotori, mengurangi nilai saum kita, seperti menghindari ghibah, menjaga pendengaran dari hal-hal yang sia-sia, atau menjaga penglihatan dan hati kita.

Lalu, kita juga harus kian dekat dengan al-Quran. Minimal kita mempunyai target yang jelas untuk amalan tilawah, hafalan atau mengkaji kandungan al-Quran. Bukankah sebaik-baik di antara kita adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Quran, apalagi pada saat bulan yang penuh berkah ini.

Amalan lainnya adalah memperbanyak sedekah kepada siapa saja yang memerlukannya. Rasulullah saw adalah orang yang paling pemurah dalam bersedekah. Bahkan, seperti yang tertera dalam salah satu riwayat, beliau bersedekah laksana angin terutama ketika Bulan Ramadan. Begitu pula dengan amalan-amalan lain. Mudah-mudahan kita dapat mengoptimalkannya agar beroleh pahala dan rida-Nya.

Namun, dengan begitu banyak amalan yang kita rencanakan, tidak lantas menjadikan kita keteteran alias kurang bisa membagi waktu. Perencanaan yang baik berkaitan sekali dengan manajemen waktu. Jangan sampai terlalu asyik belajar atau tilawah, membuat kita tidak menjaga kesehatan tubuh, atau melalaikan kewajiban yang lain.

Dengan gemblengan selama Bulan Ramadan, diharapkan terjadi perubahan pada diri muslimah. Peningkatan ruhiyah dan perbaikan akhlak. Karena setiap orang berpotensi untuk berubah menjadi lebih baik. Apalagi Allah telah melengkapi kita, manusia dengan akal, hati, dan pikiran yang sebenarnya selalu mengajak kepada kebaikan dan jalan yang diridai-Nya. Hanya saja, tidak setiap saat kita dapat tersadar akan hal ini. Oleh karenanya, Ramadan menjadi momen berharga untuk mulai berubah, menjadi sosok yang lebih baik.

Selain itu, biasanya suasana bulan suci sangat kondusif. Semua aktivitas pun disesuaikan demi menghormati bulan mulia ini. Makanya, sungguh rugi bila kita, muslimah menjadi pribadi yang sama saja saat sebelum maupun sesudah Ramadan. Tidak ada perubahan yang signifikan. Karena kesuksesan ini akan terlihat kelak, ketika Ramadan usai. Saat kita bergelut kembali dengan hari-hari sibuk, penuh rutinitas.

Mudah-mudahan kita, kaum muslimah mampu mengoptimalkan segala ibadah dan amalan selama bulan suci Ramadan ini, sehingga mereguk lezatnya iman dan berbuah takwa. Menjadi manusia baru yang sungguh siap menjalani sisa kehidupannya di dunia ini, bersama rida dan cinta Allah. Aamiin. (daaruttauhiid)