Nabi Yusuf: Menggapai Kekuasaan dari Titik Nol

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.’” (QS. Yusuf [12]: 4)

Nabi Ya’qub sangat memerhatikan perkembangan anaknya. Ia amati satu persatu, menilai di antara mereka yang akan menyongsong kekuasaan yang Allah janjikan. Rasa penasaran teramat dalam terus menderanya, hingga suatu saat salah seorang anak menyampaikan mimpi yang dialaminya semalam.

Dialah Yusuf, putra kesebelasnya. Ia mengalami mimpi tidak biasa. Ada sebelas bintang, matahari, dan bulan yang sujud kepadanya. Disertai perasaan penuh heran, ia ceritakan mimpi tersebut dengan detail kepada ayahnya. Nabi Ya’qub menyimak penjelasan Yusuf dengan hikmat. Perasaan haru biru pun menyeruak serentak.

Sesuai petunjuk nubuwwah serta kecerdasannya sebagai utusan Allah, Nabi Ya’qub mengerti maksud mimpi ini. Selepas mengapresiasi, ia berpesan agar Yusuf tidak menyampaikan mimpi ini kepada saudaranya. Ia pun menasihati agar Yusuf peka dan waspada terhadap kiprah syetan yang senantiasa mengganggu hadirnya para pelanjut estafet risalah.

Gelagat Nabi Ya’qub yang berusaha menjaga dan mengawal Yusuf sebagai kader pilihan Allah, terdeteksi oleh anak-anaknya yang lain. Mereka merasakan ada perhatian ayahnya yang lebih kepada Yusuf. Walaupun Nabi Ya’qub mengemasnya secara logis, yakni dengan menugaskan Yusuf agar menjaga adik laki-lakinya yang paling kecil (Bunyamin).

Para saudaranya berkumpul. Mereka menyiapkan kekuatan dan memikirkan tindakan apa yang diambil agar mendapat perhatian orangtuanya. Masya Allah, muncullah dua pilihan bejat dari usulan mereka, yaitu membunuh atau membuang. Karena sadar membunuh adalah perbuatan dosa besar, mereka pun menetapkan pilihan kedua.

Setelah menentukan rencana, mereka mendatangi ayahnya. Salah seorang dari mereka memberanikan diri tampil menjadi juru bicara, dan menyampaikan permohonan untuk mengajak main Yusuf. Mereka berjanji akan menjaganya sepenuh hati dan sekuat tenaga.

Nabi Ya’qub menyampaikan keberatannya dengan bijaksana. Namun, mereka tetap merajuk dan terus mencari alasan agar Nabi Ya’qub tidak memiliki pilihan kecuali membolehkannya. Nabi Ya’qub pun akhirnya mengizinkan walaupun penuh risiko.

Misi pertama mereka selesai, kata mereka. Selanjutnya menyelesaikan misi lanjutan. Mereka bergegas membawa Yusuf ke dekat sumur yang direncanakan. Setibanya di sana, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur setelah terlebih dahulu mengambil baju gamisnya.

Mereka lalu mencari darah binatang yang akan dilumurkan ke baju gamis Yusuf. Setelah itu, mereka menemui Nabi Ya’qub dan menyampaikan Yusuf dimakan serigala (sambil menunjukkan baju Yusuf yang penuh darah). Nabi Ya’qub menegur keras anak-anaknya. Ia lalu menasehatinya agar tidak memandang baik terhadap setiap perkara yang buruk. Semua anak-anaknya tertunduk. Nabi Ya’qub selanjutnya bermunajat kepada Allah, dan menyerahkan keamanan serta keselamatan Yusuf atas kuasa dan kehendak-Nya.

Kemudian datanglah kelompok musafir yang hendak mengambil air. Ketika mereka menurunkan timbanya, mereka kaget karena ada anak muda di dalamnya. Mereka pun menyelamatkan dengan maksud menjualnya. Akhirnya, Yusuf bisa keluar dari sumur dengan status sebagai budak belian.

Suatu saat, sampailah Yusuf ke tangan penguasa Mesir (al-Aziz) yang membelinya. Ia tertarik dengan penampilan Yusuf yang tampan, sehingga berpikir untuk mengadopsi dan menjadikannya sebagai anak angkat. Ia pun meminta istrinya agar menyiapkan tempat dan memperlakukannya dengan baik. Dari istana inilah, perjalanan Yusuf menggapai kekuasaan dimulai. Wallahu a’lam. (Ust. Edu)