Panglima Thalut

“Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui’. (Q.S. AL-baqarah/2: 247)

Thalut sudah sah dan dinobatkan sebagai pemimpin Bani Israil. Selanjutnya beliau menyiapkan kaum pria Bani Israil yang akan ditempanya menjadi balatentara terbaik. Beliau begitu teliti memerhatikan komponen pendukung kualitas balatentaranya.

Beliau menyingkirkan berbagai keadaan yang berpeluang menghambat perjuangan. Diantaranya adalah faktor ketidak-totalan. Oleh karenanya, beliau menawarkan kesiapan ikut (atau tidak) bagi pria Bani Israil yang sedang memiliki urusan, diantaranya karena urusan pertanian/perdagangannya yang belum beres (atau) juga karena hendak melangsungkan pernikahan sesuai kesepakatan ketika meminang.

Dengan demikian, fit-lah sudah calon balatentara yang akan dilatihnya. Menurut salah satu riwayat yang disampaikan oleh Qatadah, jumlah pria yang terkumpul sebanyak 80.000 orang. Mereka membawa satu semangat menyala-nyala yaitu menjadi pasukan yang siap mengalahkan balatentara Jalut yang terkenal perkasa.

Namun tentunya, semangat belumlah cukup tanpa ditunjang keterampilan dan keistiqamahan. Dan keduanya bisa dimiliki manakala tersimpan sabar dalam jiwa. Atas kebutuhan ini, Thalut isikan terlebih dahulu betul-betul kabar-kabar keyakinan (khabar yaqin) sampai terpahami (ilmul yaqin) supaya ketika mereka dihadapkan kepada masalah lapangan, mereka mengetahui bagaimana mengimplementasikan keyakinannya (haqqul yaqin).

Bermodal niat tulus memperjuangkan kebenaran, Panglima Thalut bertawakal (kepada Allah). Waktu yang tersedia tidak dibiarkan begitu saja berlalu. Beliau mulai menggerakkan balatentaranya menuju pemerintahan Jalut.

Selama diperjalanan, padang pasir yang ganas menjadi ujian nyata. Tidak sedikit balatentara yang mengalami lintasan-lintasan (tashawur) yang melemahkan mentalnya. Dengan modal yang telah diterimanya, mereka berhasil menepis sehingga barisan balatentara Thalut tetap kompak dan sigap. sampai mereka berada di perbatasan Yordania dan Palestina.

Di daerah ini terdapat sungai yang mengalir deras. Balatentara Thalut bergembira karena sebentar lagi keinginannya (menghilangkan dahaga) akan segera terpenuhi. Namun sayang, dalam kondisi demikian Panglima Thalut memerintahkan balatentara untuk tidak meminumnya.

Seluruh balatentara kaget. Mereka bertanya-tanya mengapa Panglima Thalut membuat kebijakan yang tidak manusiawi? Mendengar pertanyaan ini, Panglima Thalut tidak marah karena beliau mengerti dan merasakan keinginan yang sama seperti hal balatentaranya. Beliau tersenyum lalu menyampaikan sebuah pernyataan fenomenal bahwa melalui kesabaran yang ada dalam diri maka pertolongan Allah akan tiba. Oleh karenanya, hadirkanlah kesabaran itu melalui haus dan lapar yang dipunya lalu mintalah kepada Allah agar hajat (keinginan mengalahkan tentara Jalut) bisa terlaksana.

Namun tentunya Panglima Thalut tidak boleh terlalu saklek, karena kapasitas tiap orang berbeda. Beliau pun memberi kelonggaran untuk meminum air tersebut tapi tidak boleh lebih dari seciduk. Atas kelonggaran ini, para balatentara bersenang hati. Merekapun menaatinya. Namun sayang, banyak balatentara yang tergoyahkan pada akhirnya. Kenikmatan seteguk air saat dahaga mampu meluluhlantahkan kemauan kuatnya. Akhirnya mereka menyiduk air sebanyak-banyaknya.

Tersisa selanjutnya 4000 orang yang tetap sabar menempuh diri sesuai ketetapan. Bersama sisa yang ada itu, Panglima Thalut melanjutkan perjalanan. Yakin taqdir Allah akan berakhir baik, Panglima Thalut beserta balatentara yang tersisa masih tetap optimis. Sejarah membuktikan bahwa banyak di antara pasukan sedikit namun sabar karena yakin atas keimanannya, mampu mengalahkan pasukan yang banyak namun ingkar kepada Rabb-Nya.

Mampukah Thalut beserta pasukannya mengalahkan militer Jalut? Wallahu a’lam.

(Ustaz Edu)

Sumber foto : ohmedia.my