Sedekah is Good

Betapa indah hidup yang diisi dengan kesenangan berbuat kebaikan, tanpa direpotkan dengan keinginan untuk dilihat atau diketahui orang lain. Mau dilihat atau tidak oleh orang lain, mau diketahui atau tidak oleh orang lain, itu perkara kecil, karena perkara yang besar bagi kita adalah Allah rida pada amal kita.

Berbuat kebaikan dengan niat ikhlas lillaahi ta’ala niscaya jadi tabungan untuk kita. Karena tidak ada satu pun perbuatan yang kita lakukan kecuali pasti akan kembali kepada kita sebagai pelakunya. Kita tidak pernah tahu besok lusa ada takdir apa untuk kita. Kita tidak tahu akan ada kesulitan seperti apa yang akan menimpa kita. Tapi jika kita senang melakukan kebaikan, itulah yang akan kembali kepada kita.

Allah SWT berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra [17] : 7)

Sedekah Is Good

Bagaimana dengan sedekah? Apakah harus menunggu kaya baru sedekah? Tentu saja tidak. Karena sedekah itu bukan masalah seberapa besar harta yang kita miliki, tapi seberapa besar rasa syukur kita dengan cara berbagi dengan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran: “Kamu tidak akan sampai pada kesempurnaan sampai kamu menginfakkan harta yang kamu cintai…” (QS. ali Imran [3] : 92).

Sedekah juga dapat dilakukan oleh siapa dan di mana saja. Kalau pun tidak ada sama sekali untuk disedekahkan, hingga seratus rupiah pun tidak ada, setidaknya sedekahlah dengan apa yang kita bisa. Mulai dari tersenyum manis kepada saudara sesama muslim, bersikap ramah, membersihkan sampah yang berserakan, atau mendorong kendaraan orang lain yang mogok di jalan.

Upayakan tetap ada sedekah dalam bentuk nyata lainnya karena sedekah adalah salah satu pintu rezeki. Jangan sampai kesempitan kita sekarang menjadikan kita kehilangan rasa syukur kepada Sang Pencipta hingga tidak mau lagi bersedekah. Hal ini tentu akan membuat rezeki semakin bertambah sempit.

Meneladani Sedekahnya Sahabat Nabi

Para sahabat Rasulullah Muhammad saw adalah orang-orang yang menggabungkan antara ilmu dan amal dalam kehidupannya. Mereka rela mengorbankan seluruh harta dan jiwa demi tegaknya kalimat Allah SWT di muka bumi. Karenanya, setelah para nabi dan rasul, para sahabat lah yang patut kita teladani. Di antaranya adalah keilkhlasan dan keistiqamahan mereka dalam bersedekah.

Demi agama Islam dan kaum muslimin, mereka rela mengorbankan harta yang dimiliki. Sebanyak apa pun yang dibutuhkan untuk perjuangan Islam dan kaum muslimin, mereka tidak segan-segan untuk mengorbankannya. Sedekah mereka pun mempunyai kualitas keikhlasan yang tidak tertandingi oleh generasi mana pun selanjutnya, Radhiyallahu Anhum.

  1. Sedekahnya Abu Bakar ash-Shidiq r.a

Ketika Abu Bakar berkeinginan membebaskan sahabat Bilal dari perbudakan, majikan Bilal (Umaiyah bin Khalaf), mematok harga pembebasannya dengan sembilan uqiyah emas. Dan tanpa berpikir panjang, Abu Bakar langsung menebusnya.

1 Uqiyah emas = 31.7475 gram emas = Rp.114. 291.000,-

  1. Sedekahnya Umar bin al-Khathab r.a

Ibnu Abdil Barr di dalam kitabnya, Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhilhi, menerangkan bahwa Umar r.a telah mewasiatkan sepertiga hartanya untuk kepentingan dakwah Islam yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham) atau totalnya lebih dari 120.000 (dinar atau dirham). Jika di kurs kan dengan nilai sekarang, setara dengan 510.000 gram emas = Rp.204.000.000.000,-

  1. Utsman bin Affan r.a

Ketika terjadi perang tabuk, Utsman menyumbang 300 ekor unta. Dan saat terbunuh Utsman masih mempunyai harta yang dijaga dengan baik oleh penjaga gudangnya, yaitu 30.500.000 dirham 100.000 dinar. Di era nabi, perak memiliki kekuatan beli yang sangat tinggi, bila ditotal menjadi 7.2 triliun. Dan itu disedekahkan untuk dakwah Islam.

  1. Abdurrahman bin Auf r.a

Menjelang perang tabuk, Abdurrahman bin Auf memelopori dengan menyumbangkan harta pribadinya sebesar 200 Uqiyah emas, atau setara dengan Rp.2.539.800.000,- . Kemudian menjelang wafatnya beliau menyedekahkan 50.000 dinarnya (Rp.85.000.000.000,-).

Ini baru satu amalan dari sekian banyak amalan sedekah yang mereka lakukan. Inilah upaya mereka berniaga dengan Allah SWT, membeli surga yang mahal harganya. Tidak heran jika Rasulullah saw pernah menyatakan bahwa kualitas sedekah kita walaupun jumlahnya banyak, tidak akan bisa mengalahkan kualitas sedekahnya mereka walau jumlahnya sedikit.

Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian mencela para sahabatku! Seandainya salah seorang diantara kalian berinfak emas sebesar Gunung Uhud, niscaya hal itu tidak akan bisa menandingi kualitas infak mereka yang hanya satu mud / genggaman dua telapak tangan, bahkan setengahnya pun tidak,” (HR. Bukhari).

Sedekah Tanpa Pamrih

Sesungguhnya Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, tiada yang luput dari perhatian-Nya meski sehelai daun kering yang jatuh dari rantingnya di tengah hutan belantara yang belum pernah terjamah manusia. Allah Maha Mengetahui sekecil apa pun peristiwa yang terjadi di ruang angkasa hingga di dasar samudera.

Maka, tidak perlu risau dengan sedekah yang kita lakukan. Lakukan, lupakan! Jangan biarkan pikiran kita sibuk dengan menghitung-hitungnya. Jangan beri kesempatan hati kita untuk sibuk berbangga diri (ujub). Segera serahkan seluruhnya kepada Allah SWT, karena disisi-Nya lah catatan setiap amal perbuatan kita. Dan, Allah lah sebaik-baiknya Pemberi balasan atas setiap amal perbuatan

Jagalah niat kita dari hal-hal yang bisa merusak setiap amal kebaikan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanahm kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidka bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir,” (QS. al-Baqarah [2] : 264).

Jadi Hamba Kesayangan Allah dengan Sedekah

Tidak sulit untuk mendekat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Dekat. Tidak sulit untuk disayang Allah, karena Allah Maha penyayang. Tidak sulit juga untuk berkedudukan di sisi Allah, karena Allah memang menginginkan kita berkedudukan di sisi-Nya. Namun, semua itu akan menjadi sulit jika kita memang malas untuk berbuat kebaikan.

Maka, mulai dari sekarang mari kita berusaha sekuat tenaga untuk tidak melewatkan kesempatan berbuat kebaikan. Salah satunya adalah berusaha istiqamah bersedekah. Biasakan setiap pagi hari, sebelum memulai aktivitas lainnya, kita memulainya dengan bersedekah.

Mengapa? Karena bersedekah di awal hari mengundang doa kebaikan dari malaikat, dan pertolongan Allah. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada satu pun di mana pada pagi harinya seorang hamba ada padanya melainkan dua malaikat turun kepdanya. Salah satu di antara keduanya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.” Dan, malaikat yang lainnya yang berkata, “Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari Muslim).

Lalu, bagaimana caranya agar kita mudah untuk bersedekah setiap pagi? Kita bisa menggunakan fasilitas kencleng-Ku dari Lembaga Amil zakat Nasional (LAZNAS) Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid. Dari uang receh yang kita sedekahkan setiap pagi melalui kencleng tersebut, lalu disalurkan ke DPU Daarut Tauhiid, manfaatnya dapat terasa oleh banyak orang. Mulai dari saudara setanah air hingga saudara kita nan jauh di sana, Palestina, dan Suriah.

Terakhir, jangan ragu bertekad untuk istiqamah dengan sedekah. Janji Allah itu pasti, Dia Yang Maha Baik akan mencintai hamba-Nya yang berbuat baik pula. “Dan berikanlah infak di jalan Allah, dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah [2]: 195).