Tarhib Ramadan Di Kala Pandemi

Tarhib Ramadan bisa diartikan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Bisa disaksikan, dari tahun ke tahun tidak pernah sepi masyarat muslim menyambutnya. Mulai dari acara tablikh akbar di berbagai tempat, dan juga berbagai media massa tak luput menyambutnya.

Secara terminologis (istilah), kata tarhib Ramadan berarti menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan segala kesiapan yang ada. Baik keluasan, kelapangan, keterbukaan, dan kelebaran yang dimiliki. Mempersiapkan materil maupun spiritual, jiwa dan raga serta segala apa yang ada dalam diri kita. Jadi ketika kita mengatakan, “aku men-tarhib Ramadan”, itu bermakna kedatangan bulan Ramadan akan aku sambut secara total, maksimal dan optimal.

Adapun antara istilah tarhib dan marhaban, secara teori dan makna sama-sama bisa digunakan. Kedua nama ini mengandung arti yang sama, yaitu menyambut dengan senang hati, gembira, lapang dan secara terbuka lebar.

Suka Cita Sambut Ramadan

Menyikapi kondisi sekarang ini, Ramadan disambut dengan cara yang berbeda. Namun, tentu saja tidak mengurangi kesakralan atau esensi bulan suci yang ada. Kita sudah belajar satu bulan sebelumnya untuk menahan diri dari keramaian yang ada. Hingga saat Ramadan datang, kita bisa lebih khusyu menyambutnya.

Tarawih, buka puasa bersama dan juga tadarus di masjid adalah nuansa Ramadan yang tidak pernah lepas dari momen yang ada. Hanya saja kali ini, semua ibadah itu dilakukan di rumah masing-masing. Bahkan hingga perayaan kemenangan Idul Fitri, salat led tidak dilakukan dikarenakan menghindari keramaian.

Allah SWT tidak akan pernah sia-sia dalam penciptaan-Nya. Covid-19 juga makhluk Allah, tentu hadir di bumi atas izin-Nya. Kita sebagai makhluk-Nya yang sama Ia ciptakan, harus menerima semua ketetapan-Nya. Penerimaan ini tentu harus didasari ilmu dan pemahaman yang benar. Ada ikhtiar dan tawakal yang harus dilakukan. Ikhtiar menjaga diri dengan menjaga kesehatan, mengikuti himbauan ulama dan pemerintah, serta yakin akan takdir-Nya.

“.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216) (daaruttauhiid)

sumber foto: galamedianews.com