Tujuh Larangan Rasulullah

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat Yang Mahakuasa atas segala yang ada di alam semesta ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada imam dan suri teladan kita, Nabi Muhammad saw.

Saudaraku, semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang senantiasa semangat memperbaiki diri. Baik itu memperbaiki kualitas ibadah terhadap-Nya, maupun kualitas perikehidupan terhadap sesama dan terhadap lingkungan sekitar kita. Karena hakikatnya tujuan hidup di dunia tiada lain untuk ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, segala tindakan kita meskipun kecil, hendaknya dalam rangka meraih rida-Nya.

Sepanjang pergaulan kita dengan sesama manusia pun demikian. Itulah mengapa Rasulullah banyak sekali memberikan wasiat kepada keluarganya, para sahabatnya, umatnya hingga akhir zaman, untuk berbuat baik terhadap sesama.

Salah satu contoh adalah riwayat Nabi saw manakala malaikat Jibril menyampaikan ajaran tentang hidup bertetangga. Seringnya malaikat Jibril menyampaikan hal itu sampai-sampai Nabi mengira tetangga adalah pihak yang berhak mendapatkan waris, meski tanpa hubungan kekerabatan. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Secara lengkap hadis tersebut berbunyi, “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka seolah-olah Jibril akan memasukkan tetangga sebagai ahli waris -yakni dapat menjadi ahli waris dan tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi)

Nah, di antara wasiat-wasiat Rasulullah, juga terdapat wasiat yang isinya secara tegas berupa larangan terhadap perbuatan-perbuatan tertentu. Tentu saja larangan tersebut disampaikan beliau bukan tanpa alasan. Jika hal-hal yang dilarang itu dilakukan, maka yang akan terjadi adalah permasalahan di tengah kehidupan manusia.

Apa saja larangan-larangan dari Rasulullah saw tersebut? Berikut ini adalah hadisnya. Diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka, karena buruk sangka itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci, dan janganlah kami saling bermusuhan. Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits tersebut menerangkan tujuh akhlak buruk yang harus dijauhi setiap muslim. Rinciannya sebagai berikut: (1) jangan buruk sangka, (2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib, (4) jangan saling bersaing (kemegahan dunia), (5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, dan (7) jangan saling bermusuhan.

Mengapa Rasulullah melarang tujuh hal ini. Tentu ada kerugian yang akan kita terima kalau melanggar larangan beliau. Salah satu bentuk kerugian itu sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut ini.

Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut/rugi) itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang muflis di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang muflis dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, saum, dan zakat. Namun, ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka, sebagai tebusan atas kezalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu, dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagikan kepada orang-orang yang dizaliminya sementara belum semua kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang dizaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Saudaraku, semoga kita tidak tergolong sebagai orang merugi sebagaimana disebutkan oleh Rasululah. Caranya, bersungguh-sungguh berusaha menjaga akhlak kita dengan sesama, terlebih kepada tetangga sekitar. Insya Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)