Baby Blues

“Ranti terlihat melamun di sudut rumah orang tuanya, matanya yang sembab menatap kosong,dipangkuannya tergeletak bayi mungil yang baru berusia 7 hari tiba-tiba tanpa disadari butiran air mata mengalir di pipinya tanpa sebab yang jelas, ia enggan bertemu suami dan terkadang tiba-tiba ada perasaan benci padanya, setiap bertemu sang suami tangisannya seakan memecahkan gendang telinganya.” Begitulah hari-hari yang dialami Ranti, seorang ibu muda yang baru 7 hari melahirkan anak laki-lakinya.

Baby blues adalah sindrom pasca melahirkan, kondisi ini normal dialami oleh hampir 50% ibu-ibu, untuk mengantisipasi sindrom yang berlebihan perlu diketahui ciri-ciri dan gejala sindrom pasca melahirkan

Perasaan capek setelah melahirkan, takut tidak bisa mengurus bayi, takut tidak bisa melayani suami, sakit karena jahitan, Nifas, bentuk tubuh membesar, perubahan hormon dan kelenjar payudara adalah salah satu penyebab munculnya sindrom Baby Blues.

Secara umum sindrom baby blues muncul dalam bentuk perilaku ibu yang gampang marah, kesal, capek, tiba-tiba menangis, benci suami, takut kehilangan anak dll.Bagi sebagian pasangan perilaku ini sering kali membuat hubungan rumah tangga menjadi tidak harmonis, untuk itu semoga kiat sederhana ini dapat membantu para ibu untuk lebih siap menghadapi sindrom baby blue

1. Ilmu.
Mempersiapkan diri dengan pengetahuan, ilmu dan pegalaman orang-orang yang telah mengalami hal yang sama akan membantu kondisi psikologis kita pada saat menghadapi Sindrom Baby Blues, membangkitkan rasa percaya diri dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah telah menjanjikan syurga bagi perempuan yang ikhlas menjalani proses melahirkan dan menggurus anak dengan ikhlas

2. Anak adalah amanah.
Pandanglah dalam-dalam sosok bayi mungil yang tanpa daya, dialah mahluk yang selama sembilan bulan berada dalam rahim kita kemudian dengan pertarungan antara hidup dan mati Allah berikan kekuatan kepada kita untuk melahirkannya. Selalu mengingat bahwa Anak adalah amanah dan titipan Allah sementara kita hanyalah jalan dan syari’at yang Allah takdirkan untuk melahirkan dan mengurus bayi tsb.bangkitkan rasa optimis bahwa tidak semata-mata Allah mentakdirkan kita untuk melahirkan seorang bayi kecuali kita pasti bisa mengurus dan mendidiknya dengan baik.

3. Komunikasi dengan pasangan.
Perilaku yang muncul pada saat ibu mengalami sindrom baby blues seringkali membuat hubungan dengan pasangan menjadi tidak harmonis, disinilah perlunya seorang suami mengetahui apa, mengapa dan bagaimana cara mengatasi baby blues agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga. Luangkan waktu untuk sharing dengan suami tentang kondisi yang sedang dialami, Hindari “jaim” (red: jaga image) terhadap suami dengan menahan dan menutup perasaan sesungguhnya kemudian memunculkan perilaku yang sebaliknya, berilah pengertian kepada suami tentang pembagian peran dalam rumah

4. Khodimat.
Adanya khodimat/pembantu dapat meringankan beban pekerjaan pasca melahirkan. Kehadiran si kecil menambah daftar pekerjaan kita; mengganti popok, mencuci dan menyetrika baju, membuat susu dll. Tidak ada salahnya apabila kita mencari khodimat untuk membantu menyelesaika pekerjaan tsb, sehingga kita merasa lebih tenang dan mempunyai waktu untuk istirahat, terutama pada saat anak sedang tidur usahakan kitapun ikut tidur sebagai persiapan begadang di malam hari saat bayi terbangun

5. Dukungan orangtua.
Mengajak orang tua atau mertua untuk menginap beberapa hari di rumah kita, bukan untuk dikaryakan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tapi pada saat-saat seperti ini kita butuh dukungan moril, kehadiran mereka dapat membantu menenangkan pikiran dan perasaan-perasaan dari berbagai tekanan

6. Menyenangkan diri sendiri.
Luangkan waktu untuk menyenangkan diri kita sendiri, ambil secangkir teh atau susu ajaklah suami atau orang-orang terdekat untuk ngobrol, nonton tv. (Ummu Zidan)