Bahagia Itu Mudah

Sahabat, mengapa banyak sekali di antara kita yang ingin kaya? Kaya dengan banyak harta apakah selalu bahagia? Bukanlah jaminan jika kaya harta itu menjadi bahagia. Kita seringkali melihat materi sebagai tolak ukur kebahagiaan. Kita lupa, siapa yang memberikan itu semuanya.

Allah SWT yang menentukan bahagia dan sengsara. Allah yang menciptakan dan menggenggam diri kita. Dunia dan isinya ini sama sekali tidak ada apa-apanya bagi Allah, sehingga dibagikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Baik itu kepada penjahat atau pada orang zalim. Kalau Allah Ta’ala mau memberikan dunia, tinggal Ia berikan saja.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

Artinya:“Barang siapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barang siapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya.” (HR. Ibnu Majah).

Sahabatku, dunia ini adalah pemberian Allah. Kita minta dunia ini akan diberi oleh Allah, tapi kebanyakan manusia memperebutkannya. Padahal Allah Ta’alla tidak mendatangkan dunia kecuali yang sudah ditetapkan untuknya. Jadi, tidak usah risau.

Akan berbeda cerita, jika orang yang akhirat menjadi niat dan tujuannya. Allah Ta’alla akan menyelesaikan urusannya. Lalu, dimudahkan dunianya oleh Allah. Maka dia selalu merasa kaya, syukur, dan bahagia.

Nah, yang perlu kita lakukan adalah zuhud. Zuhud bukan berarti tidak punya harta. Tapi zuhud tidak bersandar dengan apa yang ada di tangannya, apalagi di tangan orang lain. Dia lebih yakin dengan jaminan Allah Ta’ala. Yakin dengan apa yang ada dalam genggaman Allah. Itu sudah membuatnya bahagia.

Sahabatku, kalau kita mencari akhirat, dunia pun akan datang. Namun berbeda dalam keberkahan. Berkah itu bermanfaat untuk lahir, akal, dan hati. Pun bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Jika kita sibuk siang malam untuk mencari perkara dunia, itu tidak ada apa-apanya. Marilah kita sibuk mencari kebahagiaan dengan cara yang Allah sukai. Keinginan nafsu jangan dituruti. Insya Allah kita akan bahagia dunia dan akhirat. Aamiin Ya Allah Humma Aamiin.

(Kajian MQ Pagi, Sabtu 24 Oktober 2020)