Bekal Masa Kecil Rasulullah sebagai Entrepreneur

Mekah termasuk kota yang paling istimewa di Jazirah Arab. Di antara keistimewaannya adalah keberadaan Ka’bah sebagai tempat ziarah orang-orang Arab dari berbagai negeri. Selain itu, kegiatan perdagangan ramai mewarnai musim ziarah di kota tersebut.

Pada masa sebelum Islam, Mekah dan Ka’bah adalah pusat ibadah masyarakat Arab dan sekitarnya. Tatkala Hasyim bin Abdul Manaf menjadi tokoh penting di Mekah, dia berhasil membuka jalur perdagangan setahun dua kali bagi orang Quraisy ke Yaman dan Syiria.

Keluarga Pedagang

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dilahirkan dari Bani Quraisy. Keluarga beliau adalah pedagang. Seperti dituliskan Novi Indriyani pada Perilaku Bisnis Muhammad SAW sebagai Entrepreneur dalam Filsafat Ekonomi Islam, hampir seluruh orang Arab Mekah ketika itu bekerja sebagai pedagang. Karena bermata pencaharian dari bertani sangatlah sulit saat itu, mengingat kondisi alam yang tandus, berbatu-batu dan kering.

Rasulullah saw adalah kaum Arab Musta’ribah yaitu kaum Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail, mereka dinamakan juga Arab Adnaniyyah. Nabi Ismail dikaruniai dua belas orang anak yang semuanya laki-laki. Mereka membentuk dua belas kabilah yang semuanya tinggal di Mekah dan mata pencaharian mereka adalah berdagang.

Bani Quraisy dianugerahi Allah Ta’ala sebuah keistimewaan, yaitu menjadi penjaga Ka’bah dan Sumur Zamzam. Dengan posisi ini Bani Quraisy leluasa melakukan perjalanan dagang ke mana pun, karena rakyat dari negeri lain memiliki kepentingan akan Ka’bah dan Zamzam. Perlindungan ini dimanfaatkan oleh Bani Quraisy melakukan perjalanan pada musim dingin maupun musim panas.

Perjalanan musim panas dilakukan ke utara yang meliputi Syria, Yordania, Palestina, dan Lebanon. Bahkan tidak jarang mereka melangsungkan perjalanan sampai ke Turki dan perbatasan Eropa Barat. Sedangkan pada musim dingin daerah Selatan Mekah, seperti Yaman dan Ethiopia memiliki cuaca yang lebih hangat. Di berbagai daerah Syam bahkan turun salju.

Mandiri Sejak Belia

Sebagaimana diketahui, pada usia belia Rasulullah ditinggal oleh kedua orangtuanya. Masa seharusnya seorang anak menikmati kasih sayang orangtuanya, Rasulullah justru berjuang menantang kerasnya kehidupan. Rasulullah bukan tipe anak yang pantang menyerah atas semua halangan dan rintangan yang menghadang. Tak pernah ia berjalan menghindar. Beliau hadapi masalah dengan solusi yang jernih.

Nabi Muhammad adalah karakter manusia yang memiiki semangat bertahanan hidup yang sangat tinggi. Dalam keadaan yang serba kekurangan, naluri pertahanan hidup tumbuh dengan subur dalam dirinya. Naluri ini yang menguatkan hatinya untuk melepaskan masa indah dunia kanak-kanak menjadi seorang penggembala kambing.

Penggembala Kambing

Bersama putra Halimah, ibu susuannya, ia mengembalakan kambing kepunyaan penduduk di Kota Mekah. Meskipun ia mempunyai seorang kakek yang memegang kekuasaan, namun semua itu tak jua membuatnya malu untuk melakukan pekerjaan itu.

Nabi Muhammad menjadi yatim piatu ketika masih sangat belia. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Dan setelah kakeknya wafat, dilanjutkan oleh pamannya Abu Thalib. Pamannya itu merupakan salah satu anak Abdul Muthalib yang paling sederhana hidupnya, sehingga tidak jarang Muhammad kecil harus membantu ekonomi keluarga sang paman dengan bekerja serabutan kepada penduduk Mekah. Pengalaman inilah yang menjadi modal psikologis ketika menjadi seorang wirausahawan.

Mengembala kambing menjadi modal awal Nabi Muhammad dalam melatih dirinya untuk belajar bagaimana caranya mengatur, menjaga, dan mengembangbiakkan kambing, sehingga akan tertanam jiwa manajemen yang baik. Ada pun hikmah mengembala kambing, pertama dapat menumbuhkan sikap kelembutan, kesabaran, dan rendah hati. Kedua, merupakan sarana miniatur pendidikan untuk mengatur manusia dan menata kehidupan. Ketiga, merupakan bentuk usaha yang baik.

Pekerjaan mengembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Nabi Musa, Nabi Daud, dan Nabi Isa alaihimussalam. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik. Dalam mengembala ternak, mereka mempunyai banyak waktu untuk melakukan perenungan tentang berbagai hal. Di sinilah pula jiwa entrepreneur Rasulullah ikut dilatih. (Gian)