Berbaik Sangka Saat Diuji

Menjalani kehidupan sebagai seorang muslim kita harus selalu yakin bahwa Allah itu maha adil dalam segala urusan, baik dalam perintahnya yang sudah terukur begitupun dalam kesenangan dan kesulitan yang telah Allah kehendaki bagi setiap hamba-Nya. Maka bersikap husnuzhan (berprasangka baik) kepada Allah adalah sangat penting

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

“Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.” (HR. Muslim no. 4849)

Jadi dalam kondisi apapun baik senang maupun pahit kita harus senantiasa mengaitkan segala sesuatunya kepada Allah Ta’ala. Karena dengan kebaikan dan kesenangan boleh jadi bukan hanya ada karunia dari Allah, tetapi boleh jadi Allah siapkan ujian yang besar di baliknya. Begitupun dengan musibah atau kepahitan yang kita dapatkan, boleh jadi Allah sudah menyiapkan sesuatu yang baik untuk kita jika kita mempu melewati musibah tersebut dan tetap berhusnu dzon kepada Allah.

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ ثُمَّ تَحِيضَ ثُمَّ تَطْهُرَ ثُمَّ إِنْ شَاءَ أَمْسَكَ بَعْدُ وَإِنْ شَاءَ طَلَّقَ قَبْلَ أَنْ يَمَسَّ فَتِلْكَ الْعِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ أَنْ تُطَلَّقَ لَهَا النِّسَاءُ

Dari Abu Hurairah R.A dia berkata, Nabi Muhammad bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Muslim dan Bukhari no. 4850)

 Jika dalam menyikapi sesuatu hal kita selalu berprasangka buruk kepada Allah, maka boleh jadi yang awalnya kebaikan di balik musibah telah Allah siapkan untuk kita, bisa saja berubah menjadi keburukan karena kita telah berprasangkan buruk terhadap musibah dari Allah. Maka benarlah jika Allah itu tergantung dari prasangka hamba-Nya, jika hamba-Nya selalu berprasangka baik kepada Allah niscaya di balik musibah dan kepahitan yang didapat akan selalu berbuah kebaikan dari Allah. Tetapi jika selalu berprasangka buruk kepada Allah, maka kebaikan dari Allah pun akan selalu bernilai buruk bagi kita. Oleh karena itu jika dalam hidup kita ingin selalu merasa tenang dan bahagia, kuncinya adalah selalu berbaik sangka kepada Allah dalam kondisi apapun. (Wahid)