Berdoa ketika Hujan

Hujan sering dipandang sebagai fenomena alam biasa. Yakni sebagai bagian dari siklus air di alam. Mulai dari terbentuknya awan hujan yang berasal dari penguapan air di permukaan bumi hingga terjadinya proses kondensasi yang menjadi awal turunnya butir-butir air hujan. Sedangkan dalam pandangan Islam, hujan tidak hanya dipahami sebagai demikian.

Salah satu elemen menakjubkan dari siklus air di alam adalah proses terjadinya hujan. Dari proses terjadinya hujan, kita mendapatkan gambaran tentang kebesaran penciptaan Allah Ta’ala. Alam telah mempertontonkan sebuah harmonisasi yang sangat indah ketika awan, hujan, dan arus angin bekerja sama menghidupkan bumi dengan semua penghuninya. Bumi yang asalnya kekeringan pun menjadi subur. Semua makhluk hidup pun terberkati saat turun hujan.

Berkah Hujan

Hujan yang Allah Ta’ala turunkan ke bumi untuk ciptaan-Nya bukanlah hal yang sia-sia apalagi merugikan ekosistem. Hujan diturunkan dengan penuh makna, hujan selalu turun bersama keberkahan di dalamnya. Hujan turun untuk menyuburkan tanaman hidup, menghidupkan tanah yang telah mati, dan sebagai penyokong kehidupan manusia. Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۗ

اِنَّ الَّذِيْٓ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتٰى ۗاِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ﴿فصلت : ۳۹

Artinya: “Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fussilat [41]: 39).

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ ۗ ﴿الواقعة : ۶۸
ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ ﴿الواقعة : ۶۹

Artinya: “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” (QS. al-Waqi’ah [56]: 68-69).

Berdoa Kala Hujan

Oleh karenanya, seorang muslim haruslah memandang hujan sebagai rahmat. Apabila Allah Ta’ala memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca doa. Sebagaimana hadis dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha:

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, “Allahumma shayyiban nafi’an,” yang artinya: Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.

Begitu pun jika kita melihat hujan yang deras dan lebat, atau turun hujan dalam jangka waktu yang lama kita pun dianjurkan untuk berdoa. Seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).” (Gian)