Bersatu Bantu Palu, Ujian untuk Semua

Tanah air kembali dikagetkan gempa yang mengguncang Sulawesi Tengah jelang akhir September lalu, tepatnya di Palu dan sekitarnya. Gempa berkekuatan 7,4 SR itu tak hanya mampu manghancurkan gedung-gedung, tetapi juga menyebabkan dua bencana lain yang tak kalah mengerikan.

Belum kering air mata negeri ini karena gempa Lombok belum lama ini, Allah kembali menguji negeri kita dengan rentetan bencana. Setelah dikagetkan dengan gempa, dua bencana lainnya,yakni tsunami dan likuifaksi (pergeseran tanah) pun menyusul.

Setelah tiga kejadian di petang itu, ujian sesungguhnya telah dimulai. Masyarakat mulai sadar kalau mereka telah kehilangan segalanya hanya dalam sekejap mata. Tempat tinggal, harta, nyawa, dan keluarga hilang tersapu tsunami, tertindih bangunan, atau terkubur hidup-hidup saat likuifaksi terjadi.

Tahukah kita, jika bencana di penghujung September kemarin tidak hanya ujian bagi masyarakat Palu dan sekitarnya tetapi juga ujian bagi kita semua. Bagi masyarakat Palu dan Donggala, sudah pasti ini adalah ujian luar biasa yang mau tidak mau harus mereka hadapi. Kehilangan harta, anggota keluarga, tanpa makanan, minuman, dan tempat tinggal adalah ujian bagi saudara-saudara kita yang terkena bencana.

Penjarahan dan pencurian terjadi di mana-mana. Meski katanya pengambilan makanan dan minuman disetujui dan biayanya akan ditanggung pemerintah, tetapi tetap saja, beberapa oknum yang tak bertanggung jawab dengan leluasa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Semoga Allah SWT mengampuni dosa saudara-saudara kita yang wafat.

Bagi kita semua, ujiannya adalah bagaimana kita menyikapi bencana tersebut dengan sikap terbaik kita. Peduli saja tidak cukup. Di situasi seperti ini, empati terhadap saudara-saudara kita yang terkena bencana pun sangat diperlukan. Doa dan aksi nyata kita saat ini sangat dinantikan saudara-saudara kita di sana. Jadi, tak ada pilihan lain buat kita selain bergerak dan bersatu membantu Palu.

  1. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) mengatakan, rentetan bencana yang terjadi di tanah air ini akan menguji kemanusiaan kita. Sebagai manusia kita harus bisa merasakan penderitaan dan kepedihan saudara-saudara kita yang sedang dilanda musibah. Jika kita tidak bisa merasakan kepedihan yang orang lain rasakan, maka hati nurani kita patut dipertanyakan. Masihkah kita punya hati nurani?

Bencana tersebut juga sangat menguji keikhlasan kita. Mengapa? Karena ketika terjadi bencana, akan banyak sekali orang yang membantu, minimal dengan doa atau hanya bersimpati. Tetapi, ada hal yang harus diwaspadai ketika hati kita tergerak untuk memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita. Ikhlas. Keikhlasan memang hanya Allah dan diri kita yang tahu, tetapi jangan pernah main-main dengan keikhlasan, karena ikhlas adalah kunci diterima atau tidaknya amal kita oleh Allah SWT.

Dari ‘Umar bin Al Khaththab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena  Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita,)” ( HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907)

Jangan sampai ujian ini dijadikan bentuk “jualan” dirinya dan kelompoknya dengan mengekspos kepeduliannya dengan niat ingin dilihat orang. Tentu ini sangat menyakiti dan menzalimi saudara-saudara yang sedang dilanda musibah. Dan yang paling penting, Allah SWT sangat membenci hal tersebut. Mudah-mudahan, bencana demi bencana yang melanda negeri kita ini membuat kita semakin ingat kepada Allah SWT dan tambah yakin, bahwa kita tidak ada apa-apanya.

Oleh : Astri Rahmayanti, sumber foto : YouTube