BRTT Jadi Identitas Santri SMP DTBS Putra

Bersih, Rapih, Tertib dan Teratur atau yang lebih dikenal dengan BRTT, sudah mendarah daging di civitas akademik Daarut Tauhiid (DT). Hal ini tampak di Gedung makan SMP Daarut Tauhiid Boarding School (DTBS) Putra, di Eco Pesantren DT, Jalan Cigugur Girang No.33, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Hendra Wira Chandra, Wakil Kepala Bidang Pengasuhan mengatakan, BRTT bukan lagi sesuatu yang asing dilingkunga Eco Pesantren. Bahkan, BRTT sudah menjadi perilaku yang menerap dihampir setiap sendi kegiatan para santri. Termasuk cara menyimpan barang yang sudah dapat dipastikan selalu mengandung unsur BRTT.

“Ya, memang BRTT yang diajarkan Guru kita Aa Gym sudah melekat dan tidak mungkin luntur. Bukan hanya barang, tapi juga perilaku yang kerap diperlihatkan. Ini yang menjadi pembeda kami dengan sekolah pada umunya, karakter building seperti ini harus kami miliki demi mencetak generasi yang memiliki kadar tauhid yang tak diragukan lagi,” katanya, Rabu (7/8).

Seperti yang tampak di Gedung makan SMP DTBS. Piring berjajar dengan rapi, walau sedang tidak digunakan oleh santri. Menurut Hendra, ini sudah kebiasaan yang harus dilakukan tanpa harus disuruh dan dipaksa.
“Seperti yang nampak, ini yang melakukan santri. Mereka ngambil sendiri, memakainya kemudian menyuci sendiri dan merapikannya. Saya sangat bangga ketika mereka dengan sendirinya melakukan tanpa intruksi. Semakin hari, mereka memaknai BRTT sudah melebihi apa yang awalnya kita targetkan,” jelasnya.

Hendra menginginkan para santri dapat menerapkan kebiasaan baik ini di luar ruang lingkup DT. Ia mengatakan, yang sudah dihasilkan di DT harus coba dipraktikan di tempat lain.

“Saya akan sangat bangga ketika ada alumni atau santri aktif yang bisa menerapkan BRTT di luar ruang lingkup DT. Karena buat kami, sebuah kebanggaan dan rasa terbayar sudah ketika para santri berhasil mengamalkan apa yang adi DT, di tempat yang lain. Saya akan sangat mensyukuri itu. Bagi saya bukan hanya melihat mereka sukses secara materi atau pendidikan, yang paling penting mereka berhasil membawa budaya DT sampai akhir hayat,” katanya. (Elga)