“Hadiah Terbaik untuk Bapak!”

Pertengahan September menjadi saksi bakti tidak biasa seorang anak kepada ayahnya. Ketika banyak di antara insan milenial di era informasi ini lebih mengejar barang impian. Atau menabung untuk berlibur di tempat yang masuk wishlist-nya.

Namun, hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Ahmad—bukan nama sebenarnya. Ketika pemuda ini dihadiahi umroh oleh Ayahnya, Dia malah menolaknya dan mengembalikannya kepada sosok yang telah membesarkannya itu. Pada saat umrah itu dihadiahkan kepadanya, dirinya sedang mengerjakan skripsi. Umrah tidak mungkin dilaksanakan.

Uangnya bisa saja dia simpan dan umrahnya dilakukan setelah dia lulus. Bagi seorang muslim, tempat utama yang paling ingin dikunjungi adalah Tanah Suci. Namun dia tetap memilih mengembalikannya sebagai hadiah. Bahkan, dia menggenapkan hadiahnya itu menjadi 20 juta, yang asalnya 18 juta.

Ingin Berkumpul Kembali di Surga

Bapak. Panggilannya kepada ayah yang sudah membesarkannya dan mendidiknya. Bagianya, bapak adalah sosok yang mengajarka ketauhidan dalam hidupnya, yang saat ini mejadi prinsip dala hidupynya. Hal itu juga yang menguatkan dirinya untuk menomorsatukan Allah dalam setiap keputusan hidupnya, termasuk memberikan hadiah kepada ayahnya.

Ahmad mengungkapkan, hadiah itu merupakan ungkapan terima kasih kepada bapak. Dengan hadiah itu, dia sangat berharap bapaknya dan dirinya bisa bertemu dan kembali berkumpul di surga kelak. Hadiah itu adalah wakaf majid 3 in 1, amalan yang diyakininya bisa membangunkan rumah di surga untuk bapaknya dan mengalirkan pahala walaupun sudah meninggal. Selain itu, baginya, memberikan hadiah wakaf juga menjadi amal salehnya.

“Pertama, kan Allah menjanjikan akan dibangunkan rumah di surga. Nah, itu terus (kedua) ketika (kita) nanti meninggal, gak bisa meninggalkan apa-apa. Kecuali kan orang yang meninggal itu akan tiga yang mengantarkan ke kuburannya, yaitu hartanya, keluarganya, dan amal salehnya. Yang dua akan meninggalkan, dan yang satu akan bersama mayat itu. Jadi, saya pengen ketika di kuburan nanti ada pahala yang terus mengalir ke saya, walaupun saya gak bisa beramal saleh. Dan mengalirkan ke orangtua juga,” jelasnya.

Menurut Ahmad berjuang menjemput rezeki dengan jerih payahnya sendiri untuk berumrah juga merupakan amal saleh baginya.. Dia yakin, jika Allah mengizinkannya untuk berumrah, pasti ada jalan. Apalagi Ahmad sudah dikaruniai pekerjaan sesuai bidangnya. Setelah lulus dari Kimia salah satu PTN, dia bekerja di salah satu perusahaan pestisida di Tangerang.

“Yang paling mendasar (prinsip dari bapak), ya tauhid itu. Yang paling berbekas itu ya tauhid, jangan sampai berharap kepada siapa pun, kecuali kepada Allah. Apapun kalau kita punya keinginan, yang pertama harus dihubungi ya Allah karena yang menguasai segalanya Allah. Punya rezeki pun atas izin Allah,” kenangnya.

 

Hadiah Terbaik

 

Pertama kali mendengar anaknya ingin memberikan hadiah wakafnya saja, Ayahnya tidak sanggup menahan haru. Air mata keluar begitu saja. Baginya, itu adalah perkataan terbaik dari anaknya. Selain haru, sebagai seorang ayah, dirinya juga merasa bangga dan bahagia dikaruniai Ahmad. Rasa syukur pun memenuhi dadanya.

“Saya punya nadzar mengumrahkan anak. Saya diajak istri umroh itu tidak memegang uang sepeserpun, sehingga ada niatan saya untuk mengganti dengan mengumrahkan anak. Cuman dengan kemuliaan anak dengan hati yang besar. Saya anggap yang terbaik, yang keluar dari mulut anak saya. Alhamdulillah, terima kasih. Sudah benar, saya mengiyakan,” ungkap Ayah Ahmad diselingi sedu sedan haru, saat ditemui usai menunaikan wakaf bersama anaknya.

Dia berharap kebaikan selalu mengiringi setiap langkah anaknya. “Mudah-mudahan semuanya selamat di dunia, selamat di akhirat. Apa yang kita butuhkan Allah berikan. Dan saya yakin sebetulnya itu semua sudah Allah sediakan. Hanya tinggal kita lakukan cara menyambutnya saja,” tutur pensiunan dari sebuah prusahaan swasta itu. (Agus)