Hal yang Menghancurkan Amal

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Hakikatnya manusia hidup di dunia ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bagaimana dalam setiap aktifitas yang dilakukan oleh seorang hamba mampu bernilai pahala dan kebaikan bagi dirinya, juga sebagai bekal untuk kelak penyelamat di akhirat nanti. Banyak umat muslim yang saling berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan agar memiliki pahala yang banyak. Tetapi masalahnya adalah setiap amal kebaikan yang kita lakukan belum tentu bernilai pahala bagi yang melakukannya. Atau bahkan amalan yang telah dilakukan telah bernilai pahala tetapi pahala yang didapat menjadi hilang dan lenyap karena kesalahan si pelakunya. Lantas apa saja perilaku yang akan membuat amal kebaikan menjadi sia-sia dan menghancurkan pahala?.

Dengki

Selain riya’ ada hal lain yang akan membakar habis amalan baik yang telah kita lakukan yaitu adalah dengki. Walaupun seseorang rajin shalat, sering berpuasa, sudah umroh dan haji tetapi jika didalam hatinya terdapat sifat dengki maka amalan kebaikan yang pernah dilakukannya akan terbakar habis seperti halnya tumpukan jerami yang telah dikumpulkan begitu banyak tiba-tiba karena tersulut oleh api yang kecil maka tumpukan jerami itu akan terbakar habis tak tersisa.

Takabbur

Sifat takabbur atau sombong adalah hal lain yang tidak kalah besar efek merusaknya terhadap amalan kebaikan. Bahkan dalam sebuah hadits dikatakan;

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin al-Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] serta [Ibrahim bin Dinar] semuanya dari [Yahya bin Hammad], [Ibnu al-Mutsanna] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hammad] telah mengabarkan kepada kami [Syu’bah] dari [Aban bin Taghlib] dari [Fudlail al-Fuqaimi] dari [Ibrahim an-Nakha’i] dari [Alqamah] dari [Abdullah bin Mas’ud] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya laki-laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus, kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Bukhari no. 21, Shahih Muslim no. 133, Abu Daud no. 1445)

Sifat takabbur ini merupakan sifat yang dapat menghancurkan amalan kebaikan seseorang bahkan termasuk menghancurkan orang yang takabbur. Bahkan orang takabbur meskipun ia banyak melakukan amalan baik kepada Allah dan makhluk lain kedudukannya akan lebih buruk dibandingkan orang yang banyak melakukan maksiat dan dosa tetapi kemudian ia bertaubat kepada Allah. Justru seorang pendosa yang bertaubat kepada Allah walaupun amalan kebaikan yang dilakukan olehnya tidak banyak ia akan mendapatkan kebaikan yang luar biasa dari Allah Ta’ala.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Albaqarah: 222)

Maka dari itu jauhilah sifat dengki dan takabbur agar setiap amalan kebaikan yang telah kita lakukan tidak menjadi sia-sia dan tidak menjadikan keburukan datang kepada kita. Karena sesungguhnya amalan yang sedikit tetapi dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Maka lebih Allah sukai dibandingkan amalan yang banyak tetapi dengan kebaikan yang dilakukannya telah menjadikan dirinya sombong kepada orang lain.