Homeschooling SMA, Solusi bagi Anak yang Lelah Bersekolah

Pernahkah Anda mendengar atau bahkan mengalami sendiri ada anak yang tidak ingin melanjutkan kembali sekolahnya? Ketika lulus SMP, anak tersebut mengutarakan niatnya tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Jika ini terjadi, sebagai orangtua atau keluarga dekatnya, jangan panik. Apalagi sampai memaksa anak tersebut agar membatalkan niatnya, dan terus melanjutkan sekolah sesuai keinginan orangtua. Mengapa? Karena kekhawatiran pendidikannya menjadi amburadul bisa ditepis, yakni dengan memilih homeschooling SMA sebagai solusi.

Lelah Bersekolah
Dikatakan sebagai solusi karena homeschooling SMA memberikan jawaban bagi para orangtua yang bingung menghadapi problematika ngadat bersekolah anak mereka. Ketika hal tersebut terjadi, di satu sisi muncul kekhawatiran masa depan seorang anak yang tidak mengenyam bangku sekolah. Namun di sisi lain, tetap memaksa anak agar bersekolah juga tidak mendatangkan kebaikan bagi masa depannya.

Anak bisa saja menurut, namun dipastikan anak tersebut akan kehilangan semangat atau motivasi belajar sehingga prestasi sekolahnya menjadi menurun. Dan dampak yang paling memprihatinkan, anak itu menjadi tidak bahagia kemudian mengalami depresi. Jika depresi berlangsung lama, bukan tidak mungkin terjadi hal mengerikan seperti keputusannya untuk mengakhiri hidup.

Tentu saja tidak ada seorang pun yang menginginkan kejadian bunuh diri karena depresi menjadi ending dari kasus anak lelah bersekolah. Apalagi hal ini bukan sekadar imajinasi atau khayalan semata, tapi fakta yang berbicara. Jika mencermati kasus bunuh diri anak-anak usia sekolah di negera maju seperti Jepang dan Korea, maka sangat mudah ditemui faktor lelah bersekolah menjadi pemicu keinginan bunuh diri anak-anak usia sekolah di sana.

Oleh karena itu, ketika menemui kasus anak yang lelah bersekolah, jangan ragu mendukung keputusannya untuk tidak melanjutkan kembali sekolah. Tapi, tawarkan kepada anak tersebut mengikuti homeschooling agar pendidikannya tidak terputus. Dan cita-citanya tetap bisa ia raih meski tidak bersekolah formal sebagaimana lazimnya anak-anak yang lain.

Penting dicermati, memilih pendidikan homeschooling bukan berarti putus sekolah. Tapi, homeschooling mengalihkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah dengan tanggung jawab utama ada di pundak orangtua. Anak-anak pun akan lebih leluasa menentukan pelajaran yang ingin ia pelajari sesuai minat dan bakatnya.

Tiga Kekhawatiran
Setidaknya ada tiga kekhawatiran dari para orangtua ketika buah hatinya mengikuti homeschooling SMA. Pertama, bagaimana merancang kurikulum homeschooling yang tepat bagi buah hati. Apalagi tidak semua orangtua punya kemampuan mumpuni mengajarkan materi pelajaran setingkat SMA. Jika ini yang Anda alami, kekhawatiran itu bisa ditepis dengan mudah. Caranya, cari bantuan dari lembaga profesional yang menyediakan jasa pendidikan homeschooling.

Ada pun kekhawatiran kedua dan ketiga yang lazim dirasakan para orangtua adalah kekhawatiran mengenai biaya homeschooling SMA, dan apakah anak-anak homeschooling bisa memperoleh ijazah resmi (homeschooling ijazah) yang bisa digunakan melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi (perguruan tinggi, misalnya) atau dunia kerja.

Kedua hal ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Mengapa? Karena jika terkait biaya, pendidikan homeschooling amat fleksibel. Artinya, biaya diperlukan bisa saja mahal, tapi juga bisa sangat murah dibanding sekolah formal. Semuanya tergantung kreatifitas orangtua dalam menyediakan perangkat belajar yang mendukung proses pendidikan homeschooling.

Sedangkan keberadaan ijazah bagi siswa homeschooling pun kini prosesnya lebih mudah didapatkan. Telah ada payung hukum yang memberikan aspek legalitas bagi siswa homeschooling jika ingin memperleh ijazah sebagaimana siswa dari sekolah formal. Cukup mengikuti ujian kesetaraan paket C (tingkat SMA).

Jadi, yakini keberanian itu mendatangkan keajaiban. Sama halnya ketika Anda memilih homeschooling SMA bagi buah hati. Nikmati prosesnya dan Anda akan menuai hal luar biasa yang tak disangka-sangka. Setuju? (daaruttauhiid)