Ijabahnya Doa dan Kasih Sayang Allah

Sering kali ada yang bertanya, “Aa, saya itu sudah berdoa, tapi mengapa doa saya tidak kunjung dikabulkan?” Atau ada pula yang bertanya, “Aa, mengapa ada ahli doa tapi hidupnya susah? Sedangkan ada orang yang tidak berdoa, rezekinya justru mudah, dibuat kaya, dan hidupnya sukses?”

Saudaraku, tidak ada yang lebih sayang kepada kita selain Pencipta kita, Allah Azza wa Jalla. Jika seorang ibu yang sekadar melahirkan sudah demikian sayang kepada anaknya, apalagi Allah yang telah menciptakan kita. Tentu saja, Dia jauh lebih menyayangi dan mencintai ciptaannya. Karena besarnya cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya, pengabulan doa pun adalah yang terbaik.

Allah Ta’ala sangat tidak ingin kita celaka, menderita, atau terjerumus ke dalam kebinasaan. Maka ketika memberi, Dia akan memberi yang terbaik menurut kesempurnaan ilmu-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

نَبِّئْ عِبَادِيْٓ اَنِّيْٓ اَنَا الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ۙ ﴿الحجر : ۴۹

Artinya: “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. al-Hijr [15]: 49).

Ambil contoh, ada anak yang menangis kepada ibunya sambil meminta dibelikan es krim. Padahal anak tersebut sedang batuk. Sebagai yang melahirkan dan merawat, ibu itu tentu saja amat sayang kepadanya. Ibu tidak ingin melihat anak bertambah sakit karena memakan es krim. Akhirnya ibu memilihkan makanan yang paling cocok untuknya. Semisal kue, pisang, atau pun susu. Boleh jadi anak menangkapnya berbeda. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Dia menganggap ibunya tidak sayang hanya karena tidak memberikan apa yang diinginkannya. Padahal apa yang diberikan adalah yang terbaik untuknya.

Maka, hadirin ada banyak kebaikan di balik belum terijabahnya doa. Ketika kita memohon kepada Allah yakinlah bahwa doa yang kita panjatkan menjadi penambah pahala atau penggugur dosa. Atau, bisa pula ditunda pengambilannya dan baru diberikan pada saat yang paling tepat.

Pengabulan terbaik dari Allah itu bukan dalam bentuk duniawi. Pemberian terbaik adalah dalam bentuk keyakinan kepada-Nya. Maka kalau kita meminta sesuatu akan tetapi Allah Ta’ala memberi yang sebaliknya, lalu pada saat yang bersamaan keyakinan kita kepada-Nya semakin kuat justru itu lebih berharga daripada apa yang kita inginkan. Apalagi keyakinan hati tersebut ditambah dengan keistiqamahan. Itulah pengabulan terbaik dari doa-doa yang kita panjatkan.

Dunia itu tidak ada apa-apanya. Dunia hanya sementara dan dipergilirkan di antara manusia. Jadi ketika ada orang yang tidak pernah berdoa, kemudian dia mendapatkan kemudahan dengan dunianya itu bukan tanda Allah Ta’ala memuliakannya. Boleh jadi itu sekadar imbalan dari kerja kerasnya dalam berusaha. Atau sebentuk istidraj dari Allah Ta’ala. Allah mengangkatnya untuk kemudian dijatuhkan karena maksiat yang dilakukannya. Limpahan harta dunia dengan demikian bukanlah tanda kemuliaan. Dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan karunia keimanan, keistiqamahan, dan kecintaan kepada Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)