IMPLEMENTASI PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI NILAI KARAKTER DI ABAD 21

Arus informasi dan globalisasi yang terus berkembang dengan cepat, menjadikan akses informasi yang didapat menjadi cepat pula. Berbagai informasi yang terjadi di belahan dunia kini telah dapat langsung diketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Berkembangnya akses informasi tidak hanya terkait ilmu pengetahuan, sosial atau budaya. Bermain sebagai fenomena yang unik terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, dari masa kecil sampai dewasa  mengalami perubahan  juga. Pada tahun 2007 pada Jan Heim, Petter Bae Brandtzæg, Birgit Hertzberg Kaare, Tor Endestad pada sebuah jurnal  Children’s usage of media technologies and psychosocial factors menyebutkan bahwa penggunaan media bermain selama 5 tahun terakhir ini mendapatkan banyak penelitian yang kontradiktif terhadap cara dan factor psikososial anak (Heim dkk, 2007:426).

Permainan tradisional, yang merupakan bagian integral dari masa nenek moyang kita, miliki hampir lenyap. Generasi orang tua masih mengingat beberapa dari mereka, tetapi anak-anak di masyarakat modern mengenal mereka dengan buruk. (Kovalecik, Opic, 2016:96). Pertanyaan yang muncul adalah “mengapa orang tua tidak lagi meneruskan permainan tradisional  mereka kepada  anak-anak?”. Apakah  karena mereka ingin mencoba untuk untuk sesuatu yang kontemporer, atau pengaruh gaya hidup sehingga ingin menggantikan permainan anak anak dengan barang berbentuk material dengan akses yang  cepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Anak-anak pada hari ini lebih miskin, karena perasaan kebersamaan mulai menyebar padahal dalam permainan tradisional anak-anak belajar keterampilan sosial dan kebersamaan, kerjasama dan kejujuran untuk komitmen kepada aturan yang berlaku dalam permainan. Setiap permainan memiliki aturan-aturan tertentu yang memberikan makna dalam permainan. Di masa kini, permainan modern tidak lagi melibatkan banyak fisik saat bermain (pasif). (Vujanović dalam Kovalecik dan opic,2016:96).    Framework 21 st skills early learning  mendukung integrasi keterampilan abad 21 (berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, melek teknologi, dan sosial-emosional. Kerangka  ini mengidentifikasi anak usia dini  (usia 18 bulan – 6 tahun). Bayi yang lebih muda (usia 0 – 18 bulan) agar keterampilan ini diberikan bahhkan tidak hanya di pra sekolah tetapi di semua sisi kehidupan.(Scott, 2017:2). Kerangka kerja pembelajaran awal Abad 21 (P21 ELF) dikembangkan untuk mendorong para pendidik, penyedia layanan kepada anak-anak, administrator, dan pembuat kebijakan untuk memasukkan pembelajaran awal seperti mereka mengembangkan strategi untuk integrasi penuh keterampilan abad 21 ke dalam program pembelajaran mereka termasuk permainan, baik tradisional maupum modern.

Bermain dan perkembangan anak  merupakan 2 point yang tidak bisa dipisahkan. Satu sama lain terkait secara utuh. Aktivitas bermain bagi anak menjadi pengembangan berbagai macam aspek yang kelak dibutuhkan oleh anak bersifat jangka panjang. Sehingga tidak maksimalnya waktu bermain yang diberikan kepada anak pada masa perkembangannya maka ada kekurangan atau terhambatnya aspek perkembangan yang lainnya

Kontribusi bermain terhadap perkembangan anak yaitu

  1. Pengaruh bermain terhadap nalar.

Bermain fantasi membantu perkembangan kemampuan anak untuk bernalar. Bermain membantu anak untuk memisahkan makna dari objek objeknya.

  1. Pengaruh bermain terhadap imaginasi dan kereativitas. Dalam bermain imajinatif, anak dapat memasuki suatu dunia fantasi dan melakukan hal hal yang tidak dapat dilakukannya dalam kehidupan nyata.
  2. Pengaruh yang lebih baik ba  terhadap memori. Suasana bermain dapat menghasilkan ingatan yang lebih baik bagi anak daripada sekedar dalam tugas menamai atau menyentuh objek.
  3. Pengaruh bermain terhadap bahasa
  4. Pengaruh bermain terhadap prilaku sosial. Dalam bermain anak melatih pengendalian diri yang merupakan suatu prasyarat untuk berperilaku sosial yang positif.

Bangsa Indonesia sejak dulu terkenal dengan sebutan sebagai bangsa yang taat beragama, ramah, suka bergotong-royong, musyawarah untuk mufakat. Berdasar filosofi itulah arah dan pengembangan pendidikan karakter harus selalu dipertahankan atau mungkin dihidupkan kembali dengan pola dan sistem yang lebih nyata. Permainan tradisional sebagai jenis permainan yang diambil dari historis sosial budaya setempat merupakan aktivitas yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan secara berkesinambungan dilakukan oleh banyak orang.

Dalam  penelitian Haerani Nur dengan judul “Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional” (2013). Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa karakter seperti yang digariskan dalam kurikulum 2013 yakni karakter religious, integritas, nasionalis, tanggung jawab, dan mandiri dapat diwujudkan melalui permainan tradisional. Sehingga pentingnya permainan tradisional sebagai warisan budaya bangsa harus di berbagai daera harus terus dilestarikan.

Keberpihakan pemerintah Indonesia menjadikan permainan nasional sebagai sarana pembentukan karakter  yang kemudian diimplementasikan dalam beberapa program di berbagai daerah. Di Provinsi Jawa Barat tepatya Kota Bandung terkenal  dengan program Bandung Masagi.

TK Daarut Tauhiid sebagai pengembangan pendidikan karakter dan sekolah yang bernuansakan pesantren menerapkan kurikulum play based learning (permainan) menjadi bagian penting terhadap perkembangan anak di sekolah. Kegiatan salah satunya adalah activity games yang dilakukan setiap hari sebelum masuk sekolah. Kegiatan ini diisi oleh berbagai macam jenis permainan tradisional. Diharapkan anak anak banyak mendapatkan manfaat dari permainan ini dalam rangka melestarikan budaya local dan pengembangan nilai nilai karakter bangsa menuju abad 21, yaitu memunculkan kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi.

 

Ade Karwati

Kepala Sekolah TK Daarut Tauhiid