Kajian Virtual Pesantren Daarut Tauhiid Bersama Muslim Indonesia Jerman

Di masa pandemi Covid-19 ini, program Pesantren Daarut Tauhiid tetap berjalan. Jika sebelum adanya pandemi program-program dilaksanakan secara mukim atau tatap muka langsung, maka di masa pandemi ini program pesantren dilaksanakan secara daring atau virtual. Dengan adanya program pesantren secara virtual ini tentunya memberikan peluang untuk jangkauan dakwah yang lebih luas lagi karena tidak mengenal batasan ruang dan waktu.

Pesantren Daarut Tauhiid mengadakan program kajian virtual untuk komunitas muslim Indonesia yang berada di luar negeri. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa muslim Indonesia di luar negeri terbilang banyak, baik yang sedang menuntaskan pendidikannya ataupun berkarya. Pada Ahad (11/4) pesantren Daarut Tauhiid bekerja sama dengan Muslim Indonesia Kaiserslautern (MIKAIL) Jerman kembali mengadakan kajian secara virtual. Ini merupakan kali kedua dalam penyelenggaraan kajian virtual antara pesantren dan komunitas MIKAIL-Jerman.

Jika kajian virtual sebelumnya membahas materi terkait fiqih, kajian virtual kali ini menyuguhkan materi terkait ruqyah dengan tajuk “Mengenal Ruqyah Syar’iyyah”. Adapun untuk pematerinya merupakan asatidz Daarut Tauhiid sekaligus praktisi ruqyah syar’iyyah, yaitu Ustaz Jamaludin, SPd.I.

Dalam penyampaian materinya, Ustaz Jamaludin menyampaikan terkait perbedaan ruqyah syar’iyyah dengan ruqyah syirik.

“Makna Ruqyah secara syariat adalah suatu do’a atau bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala untuk mencegah atau mengangkat penyakit. Ruqyah itu kalau kita lihat ada yang disebut dengan ruqyah syar’iyyah juga ada ruqyah syirik yang memintanya bukan kepada Allah, memintanya kepada jin dan menggunakan hal-hal yang dilarang dalam Islam. Sementara ruqyah syar’iyyah itu adalah mengikuti aturan syariat yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad dan memintanya pun fokus hanya kepada Allah Subhana wa Ta’ala,” terang Ustaz Jamaludin.

Seperti biasa setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan ke sesi tanya jawab atau diskusi. Di sesi tanya jawab ini beberapa peserta bertanya kepada pemateri. Salah satu peserta, Resty Rahmawati, bertanya “Assalamualaikum ustaz, apakah kita lebih mendahulukan berobat ke dokter atau ruqyah syar’iyah?” tanya Resty kepada ustaz.

“Tergantung dari sakitnya, jika sudah parah atau darurat seperti kecelakaan sebaiknya langsung dibawa ke dokter. Tapi jika hanya perasaan gelisah, sedih, atau sakitnya masih ringan seperti panas dianjurkan ruqyah syar’iyyah dulu.” jawab Ustaz. (Adam)