Karakter Seorang Wirausaha Muslim

Daarut Tauhiid (DT) menjadikan nilai tauhid sebagai materi utama dakwah. Ini karena tauhid merupakan materi dakwah pertama para nabi dan rasul. Tauhid merupakan “terminal pertama” serta langkah awal bagi yang ingin menempuh jalan kepada Allah. Tantangan yang dihadapi juga selalu dikaitkan ekonomi yang berujung tidak adanya keyakinan bahwa Allah memberikan rezeki, sehingga kemiskinan menjadi sasaran untuk menjual agama demi penghidupan.

Apalagi di saat pandemi, banyak di antara santri DT, baik santri karya dan program menjadikan wirausaha sebagai jalan mencari rezeki yang Allah ridai. Menjadikan wirausaha sebagai sarana dakwah dan bukan sekadar ikhtiar dalam mencari rezeki.

Rezeki, salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Dalam Islam, terdapat keharusan bagi seseorang untuk mencari rezeki dengan cara yang halal lagi baik. Cara halal yaitu tidak dengan mencuri, berjudi, merampok, korupsi, dan lain sebagainya. Karena melalukan semua itu, sama saja dengan melanggar hak orang lain dan berbuat kerusakan. Rezeki halal bisa didapat lewat berbagai cara. Bisa dengan bekerja yang menghasilkan upah. Bisa juga dengan membuka usaha.

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Artinya: “Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. an-Najm [53]: 39).

Dalam Islam, terdapat jenis usaha yang dianjurkan. Beberapa di antaranya yaitu membuka usaha dagang sendiri. Berdagang tidak hanya menawarkan barang. Bisa juga dengan menawarkan skill atau kemampuan, yang usahanya bergerak di bidang jasa. Rasulullah Muhammad saw sendiri dikenal memiliki kemampuan berdagang yang ulung. Selain itu, Rasulullah juga sangat amanah sehingga usaha jasanya selalu dipakai banyak orang.

Karakter Wirausaha

Karakter-karakter ideal terbukti mampu mengantarkan orang pada puncak kesuksesan. Bukan hanya dari segi materi, tapi juga kebahagiaan batin. Namun, karakter ideal yang bersumberkan nilai spiritual tersebut saat ini. Padahal nilai spiritual ini mampu mengantarkan pada kebahagiaan dan minimbulkan ‘bencana’ apabila tak memiliki dan mengamalkannya.

Miskinnya nilai spiritual dalam diri seorang pengusaha dapat merugikan orang lain juga dirinya sendiri. Itu jika mereka memiliki dan mengamalkan nilai-nilai spiritual. Melimpah ruahnya harta kekayaan tak menjamin hidup seseorang akan bahagia, tanpa sentuhan nilai spiritual.

Bagi seorang muslim tentu saja nilai-nilai spiritual ini bersumberkan al-Quran dan as-Sunah. Dalam Islam ada contoh teladan, seorang pembisnis sejati, yang sukses dalam bisnisnya.  Nabi Muhammad saw adalah salah satunya. sifat shidiq (jujur), fatonah (cerdas atau pintar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (profesional), yang ada pada diri beliau terbukti mampu mengantarkannya menjadi pedagang yang sukses pada waktu itu. Sebenarnya, jika seorang muslim melaksanakan ajaran agamanya dengan utuh dan sungguh-sungguh, maka akan menuai kesuksesan dalam hidupnya. Kesempurnaan Islam tampak dalam ajarannya. Islam mengatur berbagai dimensi kehidupan, termasuk ekonomi.

Seorang muslim yang melaksanakan ajaran agamanya seperti benda langit yang bergerak dalam lintasannya, mengelilingi pusat orbit. Benda langit tersebut tak akan berbenturan dengan benda langit lainnya, karena posisinya sudah tepat pada lintasannya. (Eko)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi