Keberkahan Menghafal al-Quran

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari al-Quran adalah seperti rumah yang roboh.” (HR. Tirmidzi)

Saudaraku, al-Quran terjaga kemurniannya hingga saat ini dan nanti syariatnya adalah karena kehadiran para penghafal al-Quran. Pada zaman Nabi Muhammad, Quran terjaga karena banyaknya dari kalangan sahabat yang menghafalnya. Disamping ketika itu memang masih sedikit kemampuan baca tulis, para sahabat merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan menghafal yang baik dan akurat. Jika pun ada sahabat yang bisa membaca dan menulis, maka ia langsung menuliskan ayat yang ia dengar dari Nabi di pelepah kurma, potongan kulit, bebatuan atau media lainnya yang memungkinkan.

Demikian keadaannya hingga masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, al-Quran terjaga syariatnya adalah karena hadirnya para penghafal Quran. Hingga kemudian meletuslah perang Yamamah, dan kembali pada perang ini banyak para penghafal al-Quran yang gugur. Melihat situasi seperti itu, Umar bin Khaththab mengusulkan supaya dilakukan pengumpulan ayat-ayat al-Quran. Atas persetujuan khalifah, mulailah pengumpulan dan penulisan ayat-ayat al-Quran oleh sebuah tim yang beranggotakan para sahabat penghafal Quran, dipimpin oleh Zaid bin Tsabit.

Al-Quran yang telah dikodifikasi ini terus diwariskan dari Abu Bakar kepada Umar, lalu kepada Utsman dan seterusnya hingga mushaf al-Quran diperbanyak dan disebar ke berbagai penjuru negeri. Semua ini syariatnya adalah karena peran para penghafal Quran.

Betapa besar berkah dari para penghafal al-Quran ini. Jasa para sahabat insya Allah akan menjadi catatan kebaikan, semenjak ayat-ayat ini dituliskan hingga akhir zaman. Yang mana umat manusia terus-menerus mendapatkan manfaat darinya.

Allah berfirman, “Sebenarnya, al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS. al-Ankabut [29]: 49)

Memiliki hafalan Quran di dalam diri kita adalah kunci dari keberkahan ilmu. Pertama, ayat-ayat yang dihafal itulah yang akan mekar mengembang dan memancarkan ilmu, karena ayat-ayat Quran sejatinya adalah sumber ilmu pengetahuan. Orang yang sungguh-sungguh dengan hafalan Qurannya, serius dalam menjaga hafalannya, maka ia pun tidak akan berhenti hanya sampai sana. Ia akan senantiasa terdorong untuk meningkatkan kualitas, yakni dengan cara mempelajari tafsir dan mendalami makna dari setiap ayat yang dihafal.

Kedua, seorang penghafal al-Quran akan mudah mendalami cabang ilmu lainnya. Inilah bentuk keberkahan lain dari al-Quran. Banyak sekali orang-orang yang hafal Quran bahkan hingga 30 juz, namun hafalannya ini sama sekali tidak memberatkan dirinya untuk mempelajari cabang ilmu yang lain. Justru hafalan Qurannya mempermudah ia menguasai cabang ilmu lain.

Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang hafal al-Quran. Allah pun memberikan penghargaan yang sangat tinggi bagi para penghafal Quran. Dalam sebuah hadisnya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia.” Para sahabat pun bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Mereka adalah para ahli (penghafal) al-Quran. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)

Saudaraku, beruntunglah orang yang memaksimalkan waktunya untuk bermujahadah menghafal al-Quran. Beruntunglah orang yang di sela-sela kesibukannya senantiasa menyempatkan diri menambah hafalan Quran. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung ini. (KH. Abdullah Gymnastiar)