Kehati-hatian

Penilaian Allah Ta’ala tidak hanya pada amal yang besar saja. Kita harus lebih bersungguh-sungguh untuk memperhatikan amal-amal kecil. Kalau dibandingkan amal kecil dengan amal besar, peluang kotor hatinya itu lebih berat ada pada amalan besar. Padahal di sisi Allah Ta’ala, tidak ada yang kecil.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ﴿٧

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ  ﴿٨

Artinya: Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. az-Zalzalah [99]: 7-8).

Kita mesti meyakini setiap perbuatan yang dilakukan pasti ada perhitungannya. Maka sepatutnya kita lebih berhati-hati dalam segala hal, termasuk yang kecil-kecil. Sesuatu yang kecil menurut kita, belum tentu kecil dalam pandangan Allah Ta’ala. Boleh jadi kita menganggapnya remeh, tapi di sisi Allah itulah yang akan menjadi fatal.

Sahabatku, kalau kita ingat Rasulullah saw pernah mengingatkan ini bahwa orang yang beriman ialah seperti sedang berjalan di antara onak dan duri, sangat hati-hati. Tidak hati-hati dalam berjalan bisa menginjak duri. Tidak hati-hati menyimpan pisau bisa terluka.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ   ﴿٦٩

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-‘Ankabut [29]: 69).

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ

 وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا ﴿٧

Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.(QS. al-Isra’ [17]: 7).

Sesungguhnya kebaikan yang dilakukan akan kembali kepada pelakunya. Begitu pula keburukan. Kita harus menyadari seyakin-yakinnya kalau kita berbuat baik, yang paling beruntung adalah diri kita sendiri. Keburukan yang kita lakukan pun pasti akan kembali kepada diri kita. Kita tidak boleh merasa aman meskipun dalam kesendirian. Orang-orang yang matanya tidak terjaga akan kehilangan manisnya iman dan lezatnya ibadah.

Bagaimana caranya menjaga pikiran? Supaya setiap berpikir jadi zikir. Diamnya pun jadi zikir. Tanyakan kepada diri secara mendalam, apakah yang kita katakan manfaat atau tidak? Niatnya apa, zalim atau tidak. Begitu pun hati-hati dalam menulis. Jangan sampai kita tergesa-gesa. Banyak kelalaian yang harus kita diperbaiki. Kalau tidak hati-hati bisa su’ul khatimah. Na’udzubillah.

Jika disimpulkan sikap hati-hati itu tahapannya, pertama pikirkan dengan matang, kedua rasa-rasakan di hati, ketiga tanya kepada ahlinya, lalu istikharah. Dan akhirnya sempurnakan dengan tawakal kepada Allah Ta’ala semata. Semoga bermanfaat.

(Kajian MQ Pagi, Rabu 11 November 2020)