Komite PG & TK Khas DT Gelar Seminar Parenting di Daarul Hajj

Dibuka dengan sambutan dan Talkshow oleh Ade Karwati, S.IP, Kepala Sekolah PG dan TK Daarut Tauhiid (DT), dan Evi Darya Sastri, SS, Ketua Komite TK DaarutTauhiid. Acara Seminar Parenting Keluarga dengan Tema Membangun Visi Keluarga Menuju Surga berlangsung di Aula DaarulHajj, mulai pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.

Evi yang juga sebagai penanggung jawab acara menyampaikan, setiap bulannya, TK Khas DT menggelar kegiatan parenting. “Khusus di Bulan September ini yang bertepatan dengan Bulan Muharram, diadakan seminar yang menghadirkan pembicara nasional, yaitu Bunda Kurnia. Jadi diharapkan para orangtua yang tergabung di TK DaarutTauhiid, juga beberapa alumni, tamu undangan, dan dosen yang hadir, dapat memiliki visi ke depan untuk membangun keluarga, supaya berhasil sama-sama masuk ke dalam surga, tuturnya pada Ahad (22/9).

Bunda Kurnia, Pemateri Nasional, Konsultan, Praktisi Anak, dan Peraih Rekor Muri, menyampaikan, pernikahan adalah seperti memadukan dua jenis warna dalam satu paduan cat, yang ketika diaduk akan bergelombang dan menghasilkan gradasi warna yang cantik. \

 

“Maka, suatu keluarga akan menghasilkan warna yang berbeda-beda dengan keluarga yang lain, jadi pola pengasuhannya pun akan berbeda. Kita tidak bisa memaksakan pola pernikahan orang lain seperti pernikahan kita, atau iri dengan warna pernikahan orang lain. Dalam rumus dunia parenting, tidak ada nilai-nilai yang saklek, kecuali harus bersifat fleksibel, berdasarkan kebutuhan warna rumah tangga masing-masing,” tuturnya.

 

Katanya, yang paling penting adalah ketika mempunyai warna, maka buatlah lukisan itu menjadi lukisan terindah dalam pernikahan. Menurutnya, yang membuat tidak bahagia dalam pernikahan bukanlah karena tidak memiliki apa yang diinginkan, tapi terlalu menginginkan milik orang lain.

“Pernikahan juga bukan seperti lari sprint yang mengambil nafas panjang di awal, lalu berlari 100 meter dengan kecepatan tinggi dan sampai di garis finish. Pernikahan laksana lari marathon, bahkan lebih dari lari marathon, atur nafas pendek saja, yang penting kita melangkah dan melaju sampai ke garis finish. Pernikahan kita akan berjalan sangat panjang, maka kita harus sabar. Pada pernikahan yang berusia muda, biasanya cenderung ingin lari sprint seperti kalau punya cita-cita ingin terwujud sekarang juga. Itu yg menjadi biang keladi pertengkaran dan perceraian,” jelasnya.

Ia menyampaikan, ada satu kesimpulan yang didapat dari pengalaman hidup seorang teman.  Berumah tangga laksana menyusun kedermawanan demi kederwananan untuk keselamatan keturunan. “Bukan hanya di dunia, tapi juga sampai ke akhirat kelak. Janji Allah adalah benar, kedermawanan kita kepada keluarga, selalu mendatangkan kemudahan dan kelancaran di masa depan, Insyallah kita akan sampai di finish (Surga) dengan selamat, jika memiliki hati yang dermawan,” paparnya.

Dalam seminar tersebut, ia juga mengajarkan cara mengenalkan tauhid kepada anak, dimulai sejak sang ibu mengetahui tanda kehamilan. “Ketika dua garis biru menandai kehadiran seorang anak, kenalkan al-Quran dan Sunnah setiap saat, dalam perilaku keseharian. Peran ayah juga sangat penting dalam proses kehamilan, bertugas mengajak berkomunikasi sejak dalam kandungan supaya bayi merasa terlindungi, karena bayi diberi visual oleh Allah untuk bisa melihat dan merasakan  keeadaan di luar kandungan. Pastikan kata yang pertama ia dengar ketika lahir di dunia adalah kata ‘Allah’.

“Peran pengasuhan anak bukan hanya ada pada ibu, namun kehadiran sosok ayah juga sangat penting, karena banyak kasus seperti LGBT, karena kurangnya sosok ayah pada kehidupan anak,’ pungkasnya. (Fatimah)