Latih Skill dan Mental, Peserta Diklat Siapkan Kaporlap Sendiri

Setelah menyelesaikan kegiatan outdoor di Pusdikjas Cimahi dan Danau Saguling, para pesarta Diklatsar (Pendidikan dan Latihan Dasar) Santri Karya Daarut Tauhiid (DT), kembali pulang  ke pesantren pada Jumat (5/7) pagi. Mereka dikumpulkan di Dome Sentral Lima, duduk berkelompok dengan kelompoknya masing-masing.

Dari 126 peserta diklatsar, terbentuklah enam kelompok. Tiga kelompok ikhwan yang bernama Ali, Umar, dan Khalid. Lalu, tiga kelompok akhwat yang bernama Sumayyah, Maryam, dan Khadijah. Pada hari kelima itu, mereka ditugaskan untuk mempersiapkan kaporlap (perlengkapan perorangan lapangan), dalam rangka latihan lanjutan di Cikole, Lembang, Kabupaten, Bandung Barat.

“Hari ini mereka dipersiapkan untuk mencari kaporlap tambahan dalam rangka lanjutan latihan di Cikole selama dua hari. Dari pagi mereka sudah beriktiar mencari finasial sendiri, tanpa harus menjadi beban kepada keluarganya, temannya, sehingga dengan segala upaya, skil, dan potensi yang mereka miliki, mereka menawarkan jasa kepada orang lain yang dijumpainya, sehingga mereka mendapatkan finansial. Finansial itu digunakan untuk sewa tenda, belanja bahan masakan, termasuk sewa angkot sendiri untuk bisa pergi ke tempat latihan. Kami sengaja tidak memfasilitasinya agar mereka bisa mandiri,” ungkap Jakaria Goro (Bang Jaka), Tim Pelatih Diklatsar DT.

Usai salat zuhur, mereka berangkat ke Cikole menggunakan angkot yang sudah mereka sewa. Mereka diminta berhenyi di Alun-Alun Lembang, lalu jalan kaki (long march) menuju lokasi pelatihan di Cikole, Lembang.

“Setelah sampai lokasi, mereka langsung membangun bivoack regu, menyiapkan menu-menu buat dimasak per regu, kemudian tengah malamnya dilanjutkan kegiatan steling. Besok paginya dilanjutkan dengan orientasi medan, dan terakhir pelantikan, sekaligus penutupan dari serangkaian kegiatan Diklatsar, di Eco Pesantren, oleh guru kita Aa Gym,” lanjut Jaka.

Terakhir, Jaka mengungkapkan, Kegiatan Diklatsar ini bertujuan mensinergikan antara visi personal, dengan visi Yayasan DT. Selanjutnya ialah penerapan Karakter BAKU (Baik dan Kuat), yang membuat para Santri Karya dapat mengeksplorasi dirinya, dan totalitas dalam bekerja dan ibadah. (Sukmara Galih)