Lima Kiat Menghadapi Persoalan Hidup

Segala puji bagi Allah SWT yang menjadikan ujian hidup sebagai bagian dari karunia-Nya. Saudaraku, mustahil jika hidup tanpa masalah karena masalah adalah bagian dari karunia. Tanpa masalah, kita ini tidak ada nilainya. Masalah sering kita sebut juga sebagai ujian hidup, dan ujian itu jangan dipersepsikan negatif. Nah, berikut ini lima kiat agar kita tidak gamang saat menghadapi persoalan hidup.

Pertama, siap menghadapi yang cocok dan siap menghadapi yang tidak cocok, karena hidup ini tidak selamanya cocok dengan keinginan. Yang tidak cocok belum tentu jelek untuk kita, dan yang cocok belum tentu baik untuk kita. Tugas kita adalah tidak mengatur Allah, tapi mengatur diri supaya meluruskan niat, menyempurnakan ikhtiar, dan tawakal.

Kedua, jika sudah terjadi, maka harus rida. Orang menderita bukan karena takdir, tetapi orang menderita karena tidak mau menerima takdir. Dengan iman, kita bisa menerima ketentuan Allah. Jadi, kalau kita menderita, pasti karena kita tidak rela dengan ketentuan Allah.

Ketiga, jangan mempersulit diri. Jadi, ketika sudah ada takdir, maka terima saja sambil ikhtiar ke takdir lain. Tubuh ini milik Allah. Jika dibuat sakit oleh Allah, maka kita berikhtiar dengan berobat. Sembuh atau tidak, itu urusan Allah tetapi sempurnanya ikhtiar di jalan Allah, itu adalah amal saleh kita.

Kita menderita lebih banyak karena pikiran sendiri. Karenanya, jangan suka mendramatisir masalah, jangan dipersulit, jangan dipertegang, dan nikmati setiap episode itu karena setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam kesulitan itu, Allah sudah menyiapkan kemudahan. Kita tinggal memilih mau fokus ke mana, mau dipersulit atau dipermudah oleh kita.

Jika ada yang menghina, baiknya apa yang harus kita lakukan? Bersabar atau bersyukur? Sabar boleh, syukur boleh. Tapi, jika harus memilih, Aa akan memilih syukur. Mengapa? Pertama, bersyukur karena kita yang bukan jadi penghina. Bersyukur karena Allah melindungi kita dari perbuatan zalim. Kedua, karena orang menghina kita, maka kita punya pelajaran bahwa betapa buruknya akhlak suka menghina. Allah SWT mengajari akhlak kepada kita lewat yang menghina kita. Ketiga, kalau kita dihina orang, kita bersyukur karena penghinaan kepada kita lebih sederhana dibandingkan dengan kehinaan kita yang sesungguhnya.

Aa sudah pernah dihina orang bertahun-tahun. Aa membaca kata-kata dari yang menghina. Aa pun mendengar kata-kata dari yang menghina. Demi Allah, sangat remeh jika dibandingkan dengan kehinaan Aa yang ditutupi Allah SWT. Ini sungguh tidak ada apa-apanya. Jadi, kita harus bersyukur bahwa penghinaan orang lain kepada kita adalah informasi dari Allah, betapa Allah menutupi aib dan dosa kita. Kita dihargai karena Allah menutupi keburukan kita.

Keempat, kita bersyukur karena kita bisa berlatih. Kalau tidak ada yang menghina, kita tidak akan pernah terlatih untuk memaafkan orang. Jauh lebih penting orang tidak berterima kasih kepada kita daripada yang berterima kasih. Karena untuk meningkatkan kualitas ikhlas, kita harus bertemu dengan orang yang tidak berterima kasih.

Kita harus terus dilatih tersakiti supaya semakin kuat. Membalas kebaikan kepada orang yang berbuat baik, itu wajar. Tetapi, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak berbuat baik, maka meningkat derajatnya.

Kiat menghadapi persoalan hidup yang keempat, yakni hadapi kepahitan dengan air mata tobat. Jangan takut dengan masalah, tapi takutlah jika Allah tidak mengampuni dosa kita. Jangan menangisi masalah, tapi menangislah karena dosa kita yang mengundang masalah.

Kiat terakhir atau kelima adalah cukuplah Allah, karena tidak ada yang bisa menghilangkan kepahitan kecuali Allah, dan tidak ada yang bisa membuat bahagia kecuali Allah. Harus husnuzan (berbaik sangka) kepada Allah, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Insya Allah husnuzan itulah yang akan berbuah pertolongan Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)