Melatih Diri Bekerja Tuntas

Allah SWT berfirman, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.(QS. al-Insyirah [94]: 7).

Saudaraku, janganlah kita seperti orang yang tidak jelas ketika mengerjakan sesuatu. Seperti orang yang berniat membereskan isi lemari baju, ketika sebagian baju dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian ia menemukan beberapa lembar foto masa lalu, akhirnya malah sibuk memilah-milah dan mengumpulkan foto itu, dan berpikir mencari foto lain yang mungkin masih terselip. Lalu, timbul pikiran menyusunnya dalam satu album foto. Ia pun mencari album yang masih kosong, kemudian sibuk dengan foto-foto itu. Sementara tumpukan baju dan lemarinya tidak beres ia rapikan.

Tidak sedikit orang, bahkan mungkin termasuk kita di antaranya, yang jika melakukan suatu pekerjaan, tidak fokus sehingga tidak selesai dengan baik. Target tidak tercapai, rencana meleset jauh, gara-gara tidak fokus dan banyak keinginan setiap kali menemukan sesuatu hal yang lebih menarik hati. Akhirnya, pekerjaan tidak ada yang tuntas. Alih-alih menuruti kesenangan hati, yang terjadi malah pekerjaan menjadi berantakan.

Tidak sedikit orang yang lebih mudah menuruti kesenangan, menuruti keinginan meraup untung banyak dari sana-sini, namun lupa untuk mengukur kapasitas dan kemampuan diri. Hasilnya, bukan keuntungan yang bertambah, malah kerugian yang semakin besar karena pikirannya terbagi, tenaganya terbatas, hingga tak ada satu pun yang mencapai target.

Sikap yang demikian bukanlah sikap yang diajarkan di dalam Islam. Rasulullah saw mencontohkan bekerja secara tertib dan tuntas sebelum beranjak kepada pekerjaan yang lainnya. Dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, maka ia bekerja dengan itqan (menuntaskan dengan sempurna.ed) pekerjaannya.” (HR. Thabrani).

Seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya adalah pemimpin yang bekerja secara serius mengayomi kepentingan rakyatnya. Seorang karyawan yang dicintai atasannya adalah karyawan yang bekerja dengan penuh dedikasi dalam setiap tugasnya. Seorang pebisnis yang dicintai mitranya adalah pebisnis yang profesional dalam perniagaannya. Maka, beruntunglah orang yang senantiasa melatih dirinya untuk melakukan pekerjaan secara tuntas.

Pastikan setiap pekerjaan yang kita lakukan, tidak kita tinggalkan sebelum benar-benar selesai. Jangan menunda-nunda pekerjaan. Jika hari ini kita menunda pekerjaan karena merasa masih bisa dikerjakan besok, maka besok akan muncul hal baru untuk dikerjakan sehingga membuat pekerjaan malah bertumpuk dan semakin sulit diselesaikan.

Allah berfirman, “..Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.(QS. al-Anbiyaa [21]: 90).

Umar bin Khaththab pernah menulis sepucuk surat yang beliau tujukan kepada Abu Musa al-Asy’ari. Beliau menulis, “Janganlah engkau menunda-nunda pekerjaan hari ini pada esok hari, karena pekerjaan engkau akan menumpuk (sehingga tidak akan sanggup lagi engkau kerjakan) dan akan hilanglah semuanya!” 

Untuk mengerjakan sesuatu secara tuntas, buatlah perencanaan dan target. Satu pekerjaan boleh jadi tidak akan tuntas satu hari atau satu waktu, disebabkan volume pekerjaannya yang besar. Maksud dari bekerja tuntas itu memang bukan berarti harus selesai pada saat itu juga. Bekerja tuntas adalah bekerja efektif, efisien, dan terukur dengan target yang jelas.

Akan berbeda dengan pekerjaan yang tidak kita tentukan secara pasti selesai kapan, dan bagaimana proses pengerjaannya supaya selesai pada waktu yang telah ditargetkan. Lebih parah lagi kalau memulainya pun tidak direncanakan waktunya. Orang yang demikian akan bekerja seenaknya dan tanpa kemajuan.

Tokoh pergerakan Islam di Mesir, Hasan al-Banna, pernah mengungkapkan, “Al Waajibaatu aktsaru minal auqaat”, yang artinya “Kewajiban (yang harus kita kerjakan) lebih banyak dari waktu yang tersedia.” 

Ungkapan Hasan al-Banna ini benar adanya. Sesungguhnya waktu yang kita miliki sangatlah terbatas jika dibandingkan dengan berbagai urusan, pekerjaan, tugas yang harus kita lakukan. Hanya orang-orang yang benar-benar disiplin dalam pekerjaannyalah, yang akan merasakan betapa waktu terasa sangat cepat dan singkat. Sedangkan orang-orang pemalas merasakan betapa waktu sangat panjang dan lama.

Oleh karena itu, pantang bagi kita berleha-leha dan menunda-nunda pekerjaan. Tuntaskan apa yang menjadi tanggung jawab kita, lakukan dengan fokus dan terukur sehingga tuntas dengan baik dan benar, tidak asal-asalan.

Jangan terlalu banyak keinginan, karena sesungguhnya kemampuan dan tenaga kita terbatas. Lakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita, dan keluarkan kemampuan terbaik saat mengerjakannya. Sehingga, meskipun pekerjaan yang kita lakukan nampak seperti urusan yang sederhana atau biasa, namun jika dilakukan secara tuntas, baik dan benar, niscaya memberikan manfaat yang besar dan berlimpah berkah. (KH. Abdullah Gymnastiar)