Menakar Porsi Tidur Kita

“Wahai orang yang berselimut, bangunlah di tengah malam, tidurlah sebentar saja, separoh malam atau kurang sedikit. Atau tambahlah. Dan bacalah Quran dengan tartil (perlahan-lahan dan merdu).”(QS. Al-Muzamil 1-4).

Tidur merupakan hak tubuh. Meskipun demikian, dalam praktiknya hak yang satu ini sudah ditetapkan pola dan aturannya oleh Allah swt seperti kita simak dalam QS Al-Muzamil 1-4 di atas.

Seirama dengan itu, Rasulullah yang mulia, bahkan sudah memberi contoh kepada kita tentang aplikasi pola tidur yang sesuai dengan tuntunan Allah. Jika diurut, ada tujuh kebiasaan Rasulullah berkaitan dengan pola dan kebiasaan tidur. Pertama, Rasulullah selalu tertib sebelum tidur.

Diriwayatkan oleh Ubay Rasulullah bersabda,”Apabila salah seorang di antara kamu hendak masuk ke dalam kamar tidurnya atau hendak tidur, hendaklah mengambil ujung selimut dan menyempurnakannya untuk melingkupi seluruh tubuhnya dan hendaklah menyebut nama Allah karena sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi sesudah itu dalam tidurnya dan apabila dia hendak memiringkan badannya, hendaklah dia memiringkannya pada sisi kanan dan hendaklah berkata,”Maha suci Engkau ya Allah Tuhanku, karena Engkau aku meletakan sisi badanku dan karena engkau aku mengangkatnya. Jika Engkau merenggut jiwaku maka ampunilah dia dan jika engkau melepaskannya jagalah sebagaimana engkau menjaga hamba-hambamu yang saleh.” (HR. Muslim). Hadis ini memiliki tiga pesan, jika akan tidur biasakan pakai selimut dan menutupi seluruh anggota tubuh. Jika akan tidur menyebut nama Allah. Jika ingin memiringkan badan saat tidur, miringkan badan ke sebelah kanan seraya berdoa kepada Allah minta perlindungan.

Kedua, melaksanakan wudhu sebelum tidur. “Bila kamu hendak tidur berwudulah kamu sebagaimana kamu berwudhu untuk salat dan miringkanlah badanmu pada sisi kanan.” (HR. Muttafaq ‘alaih). Hadis ini memiliki dua pesan, jika akan tidur biasakan mengambil wudu. Jika tidur miringkan badan kesebelah kanan.

Ketiga,selalu berlindung kepada Allah. Diriwayatkan Aisyah, “Rasulullah apabila naik ke tempat pembaringan setiap malam, menyandingkan kedua belah tangannya serta meniupnya dan dibacakan di antaranya surat al-ikhlas, al-falaq, dan an-naas, kemudian beliau mengusap dengan kedua belah tangan itu, seluruh tubuhnya. Mulai dari kepala, wajah dan anggota lain yang bisa diusap. Rasulullah mengulangnya sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari). Hadis ini mengisyaratkan, sebelum tidur berlindung kepada Allah dengan cara membaca surat al-ikhlas, al-falak, dan an-naas sebanyak tiga kali lalu diusap kepada seluruh anggota tubuh.

Keempat, berdoa sebelum tidur. Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah ketika menjelang tidur beliau berdoa,” segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum dan menjaga kita serta mencukupi segala kebutuhan kita, betapa banyak orang yang tidak mencukupi kebutuhannya dan tidak punya tempat tinggal.” (HR. Muslim).

Kelima, Tidur dengan memiringkan badan. Diriwayatkan dari Abi Qathadah bashwa Rasulullah datang dari bepergian tengah malam, beliau tidur miring pada sisi kanan dan apabila beliau pulang dari bepergian sebelum mendekati waktu subuh, belaiu tidak tidur. Beliau hanya memiringkan badannya dan menegakan tangannya sambil meletakkan kepalanya di atas telepak tangan.” (HR Muslim). Hadis ini memiliki gambaran, jika Rasulllah tidur, beliau selalu memiliki kebiasaan memiringkan badannya ke sebelah kanan. Dan jika beliau terjaga dan mendekati waktu subuh, beliau tidak tidur.

Keenam, alas tidur yang sederhana. “Tempat dimana Rasulullah tidur di atasnya hanyalah sebuah tikar sederhana yang terbuat dari kulit yang diisi dengan sabut.” (HR. Imam Ahmad).

Ketujuh, melaksanakan salat witir sebelum tidur. Dari abu Hurairah berkata,”Kekasihku Rasulullah berwasiat kepada kita sebanyak tiga perkara. Pertama berpuasa 3 hari dalam setiap bulan. Kedua, melaksanakan dua rakaat salat duha, hendaklah salat witir sebelum tidur.” (HR. Tirmidzi).

Mengapa Alquran memiliki perhatian besar terhadap porsi tidur kita? Menurut Imam Ghazali,“Seseorang yang tidur selama 8 jam/hari, berarti dalam usianya 60 tahun, ia telah tidur selama dua puluh tahun. Tinggal usianya empat puluh tahun, digunakan antara ibadah, bermain-main, melakukan kesia-siaan, dan maksiat.

Porsi tidur berkait erat dengan masalah produktivitas seseorang. Jika porsi tidurnya tinggi (sama atau lebih dari 8/hari) maka produkvititasnya rendah. Jika produktivitas rendah, maka penghasilan rendah. Jika penghasilan rendah yang bersangkutan termasuk golongan miskin. Sedangkan kemiskinan, menurut Rasulullah lebih mudah mendekatkan seseorang pada kekufuran dan kekafiran. Naudzubillah. Sebaliknya, jika porsi tidurnya rendah maka produktivitasnya tinggi. Produktivitas tinggi penghasilan tinggi. Jika penghasilan tinggi ia bisa ibadah lebih leluasa. Seperti sedekah, ibadah haji, zakat dll.

Dengan demikian, wajar apabila Allah swt sangat memperhatikan masalah porsi tidur ini. Kita sudah lama terlelap oleh “jargon-jargon yang menyesatkan” seperti porsi tidur yang baik adalah 8 jam. Padahal Alquran mengisyaratkan tidur yang baik maksimal hanya 5 jam. Perhatikan ayat “…bangunlah di tengah malam, tidurlah sebentar saja, separoh malam atau kurang sedikit.”(QS. AlMuzamil : 1-4).

Jadi, mulai saat ini mari kita kurangi neraca porsi tidur kita. Sebab, porsi tidur memiliki kaitan dengan persoalan produktivitas dan masa depan kita.***