Mencintai Masjid

Masjid adalah rumah Allah Ta’ala. Beruntunglah bagi siapa saja yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk memakmurkan rumahnya. Beruntunglah orang-orang yang diberikan jalan kebaikan oleh Allah dengan cara didekatkan tempat tinggalnya dengan masjid. Didatangkan kepadanya para petugas pengumpul dana wakaf untuk memakmurkan masjid. Beruntunglah orang-orang ini yang kemudian mengambil dengan segera kesempatan tersebut.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam setibanya di Madinah setelah peristiwa hijrah yang beliau lakukan adalah mendirikan masjid. Bukan semata-mata hanya untuk tempat salat saja, melainkan di sanalah tempat pusat membina, pusat kekuatan dan kesatuan umat, mendidik dan membangun sumber daya manusia umat Islam generasi pertama.

Di masjid pertama ini Rasulullah membangun aspek rohani, jasmani, dan intelektual sahabat-sahabatnya. Masjid adalah sebaik-baiknya tempat di muka bumi ini, tempat yang mana di dalamnya tidak ada hal yang patut dikerjakan selain dari ibadah kepada Allah Ta’ala. Masjid adalah tempat untuk mengagungkan dan menyembah Allah. Tempat untuk membina dan memurnikan tauhid, dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang patut disembah dan dimintai pertolongan.

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا ۖ ﴿الجن : ۱۸

Artinya: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.” (QS. al-Jin [72]: 18).

Masjid juga adalah tempat yang paling Allah Ta’ala cintai di muka bumi. Maka, barang siapa yang ingin dicintai Allah, cintailah tempat yang Ia cintai. Barang siapa yang sungguh-sungguh mencintai Allah, maka ia akan mencintai tempat yamg Allah cintai. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam satu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar pasarnya (HR. Muslim).

Masjid pun adalah bagian dari syiar dan panji-panji Islam. Di dalam keterangan yang diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘Alayh disebutkan bahwa jika Rasulullah sedang dalam perjalanan pembebasan, kemudian beliau sudah mendekati negeri kafir yang memusuhi Islam, maka sebelum menyebutkan perintah penyerangan beliau terlebih dahulu meminta para sahabat untuk memeriksa.Yakni apakah di negeri tersebut ada masjid atau ada azan berkumandang. Jika ada, maka Rasulullah akan membatalkan serangan tersebut.

Boleh jadi banyaknya kejadian orang-orang yang menunda salat disebabkan tiadanya tempat untuk salat berjamaah. Apalagi di zaman sekarang ini bangunan-bangunan megah, pusat-pusat perbelanjaan yang besar belum memberi jaminan mudahnya akses ke tempat ibadah. Kaum muslimin yang berada di sana tidak dipermudah jalannya untuk pergi ke masjid dan beribadah.

Padahal betapa besarnya pahala yang didapat setiap orang yang menggunakan kakinya ke masjid untuk beribadah. Rasulullah bersabda, “Salat seseorang (di masjid dengan berjamaah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari salat yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian berwudu kemudian menyempurnakan wudunya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk salat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…” (Muttafaqun ‘Alaihi). (KH. Abdullah Gymnastiar)