Mengapa Anak Takut ke Dokter Gigi?

Dani (4 th) baru pertama kali ke dokter gigi, semalam menangis terus menerus, giginya sakit dan pipinya bengkak. Wajahnya begitu pucat ketika memasuki ruang dokter gigi. Ia berdiri di belakang ibunya sambil memegang erat-erat baju ibunya.

Sering kita mendengar seorang ibu yang sedang memarahi anaknya dengan ucapan “ Kalau kamu masih nakal terus, ibu bawa kamu ke dokter biar disuntik!” atau “ Jangan bandel ya, kalau tidak ibu bawa kamu ke dokter gigi biar di bor giginya!”

Rasa takut merupakan suatu mekanisme perlindungan diri dan bukan merupakan gejala abnormal karena secara naluriah seorang anak merasa takut terhadap sesuatu yang asing baginya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengertian juga kepercayaan yang kurang terhadap dirinya sendiri serta anak sering memutarbalikkan dan membesar-besarkan kenyataan sehingga ia melihat bentuk-bentuk bahaya yang sebenarnya tidak ada.

Rasa takut anak terhadap kunjungan ke dokter gigi terbagi dalam 2 kategori:
1. Rasa takut yang obyektif
Seorang anak yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada saat kunjungan pertamanya ke dokter gigi akan merasa takut pada kunjungan yang kedua kalinya dan juga dia akan merasa takut terhadap orang yang berpakaian putih-putih yang biasanya dikenakan oleh petugas kesehatan.

2. Rasa takut subyektif
Seorang anak mempunyai perasaan dan sikap terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa takut, hal ini biasanya didapatkan dari pengalaman orang lain yang dekat dengan dirinya terutama ibunya dan rasa takut ini biasanya lebih sulit dihilangkan karena anak tidak merasakannya sendiri.

Ada berbagai macam tingkah laku anak terhadap perawatan giginya. Mungkin akan terjadi satu atau lebih reaksi yang mengakibatkan masalah menjadi kompleks, reaksi tersebut bisa berupa sikap rendah diri, malu, cemas, takut bahkan sikap melawan. Tindakan orang tua yang tepat dan terarah terhadap anaknya akan sangat membantu berhasilnya suatu perawatan gigi.

Beberapa orang tua tidak menyadari bahwa mereka secara tidak langsung mempunyai peranan dalam mewujudkan tingkah laku anak, sehingga anaknya menjadi takut, gelisah atau segan pergi ke dokter gigi:

1. Orang tua yang sangat memanjakan anak, semua keinginan anak dikabulkan akibatnya anak akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bila tuntutan anak tidak dipenuhi, anak menunjukkan sikap yang tidak senang atau marah.

2. Orang tua yang terlalu dominan terhadap anak. Akibatnya anak biasanya akan menunjukkan sikap pemalu, penakut, mudah cemas.

3. Kekhawatiran orang tua dalam menghadapi pengobatan gigi, mempengaruhi sikap anak dalam menjalani perawatan giginya. Pada umumnya kaum ibulah yang mempunyai peranan cukup besar, ibu yang khawatir mempunyai pengaruh negatif terhadap sang anak.

4. Secara umum orang tua yang berasal dari tingkat sosial menengah ke atas cenderung lebih siap dan bekerjasama dalam menghadapi masalah–masalah perawatan gigi, karena menganggap perawatan gigi adalah suatu hal yang lumrah.

Di bawah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua ketika berencana membawa anaknya ke dokter gigi:

  1. Jangan membawa anak ke dokter gigi ketika mendekati waktu tidurnya, karena ia akan mengantuk, lekas marah, dan sukar diatur.
  2. Jangan membawa anak ke dokter gigi ketika anak baru menghadapi pengalaman emosional yang cukup serius seperti kelahiran adiknya atau kematian seseorang yang dekat dengannya, karena pada saat ini anak sukar untuk diajak kooperatif.
  3. Informasikan nama panggilan anak kepada dokter gigi yang merawat, sehingga anak akan merasa lebih akrab dengan sapaan nama panggilan.
  4. Hindarkan kata-kata yang membuat anak menjadi takut, misalnya ketika gigi si anak harus di-rontgen maka kita katakan rontgen itu sebagai kamera gigi

Selain faktor orang tua, faktor pergaulan anak dapat mempengaruhi tingkah laku anak di klinik gigi, yaitu bila teman-temannya menceritakan hal-hal yang menakutkan, sehingga menimbulkan rasa takut pada si anak. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya orang tua untuk meyakinkan anak bahwa semua itu tidak beralasan, dan bawalah anak kita sedini mungkin ke dokter gigi, sehingga ia merasa biasa dan akrab dengan suasana di tempat praktek dokter gigi. (drg. Murni Astuti)

sumber foto: smartmama.com