Mengapa Si Micin Harus Disalahin?

Penurunan kualitas generasi penerus bangsa sering dinisbatkan secara serampangan pada satu penyebab tunggal yang sifatnya menyederhanakan masalah. Salah satunya adalah micin alias MSG. Inilah “makhluk” yang kerap disorot sebagai biang kerok mental bangsa yang bobrok. Keren ya dia? Lalu, apa salahnya si micin?

“MSG itu berbahaya, penyebab kanker otak, pemicu gangguan hipersensitivitas dan kasus metaboli.” Demikian sebagian klaim yang beredar di sosmed. “Micin itu bikin bodo dan belet dalam belajar.” Demikian klaim lainnya. Tapi apa seperti itu? Apa sih isi si micin alias MSG itu? Apa memang berbahaya seperti alkaloid koka, yang juga berbentuk kristal putih, yang meracuni otak manusia lewat gangguan terhadap neurotransmiter seperti dopamin?

Titik tangkapnya memang neurotransmiter di otak. Tetapi, soal bahayanya agak beda. Orang-orang Amerika, yang mampu menjajah dunia lewat lidah, telah mengajarkan bahwa rasa umami pada masakan dan bahan makanan ternyata adalah jerat indera kelewat nikmat yang mampu membuat banyak orang taat menjadi sesat (dalam konteks makan memakan tentunya). Amerika dengan budaya franchise makanan siap sajinya, seperti ayam goreng dan burger, telah memperkenalkan pada kita budaya glutamat dan mono natrium glutamat alias MSG, alias moto micin.

Jadi, fried chicken dan burger itu pakai MSG juga? Secara langsung sih tidak. Tapi, kita kan tahu kalau mitra setia dari FC dan BRGR adalah tomato ketchup alias saus tomat. Orang Semarang menyebutnya caos. Bahan asalnya tidak selalu terbuat dari tomat. Sebagian di antaranya dibuat dari pepaya. Bahkan, sebagiannya sama sekali tidak ada buah atau sayurnya. Cukup pewarna dan asam sitrat biar rasanya kecut-kecut menggoda.

Saus tomat bukan sekedar antosianin dan vitamin B dan C saja. Tetapi juga kaya akan kandungan mono natrium glutamat (MSG), seperti juga tempe, jamur, dan keju. Glutamat itu adalah asam amino yang terdapat dalam banyak sumber makanan. Dia pun berfungsi sebagai neurotransmiter penting yang dominan di otak.

***

Lalu, apa itu glutamat? Sederhananya, glutamat adalah asam amino non esensial yang berfungsi sebagai neurotransmiter pemicu (excitatory) utama di otak. Glutamat adalah neurotransmiter penting yang terlibat dalam proses sinaptogenesis di fase tumbuh kembang otak. Jadi, ibu hamil pun perlu micin. Glutamat pun berperan penting dalam memediasi sinyal otak yang terlibat dalam pembentukan memori, fungsi kognisi, dan proses belajar.

Makanya, saya sering bertanya kepada para mahasiswa sebelum ujian, “Sudah pada makan micin belum?” Ini serius lho! Tentu saja, kalau kadarnya berlebihan dan dikonsumsi secara intens, micin berhubungan pula dengan sejumlah kondisi seperti Alzheimer, Lou Gehrig Syndrome, dan MS. Sebagian ahli melihat asosiasinya dengan sejumlah kasus schizophrenia. Tetapi itu kondisi patologisnya yang membuat konsentrasi glutamat extraseluler meningkat, bukan disimpulkan secara langsung bahwa pengaruh tingginya konsentrasi glutamat adalah penyebab tunggal kondisi-kondisi patologis tersebut.

***

Lalu, sejarahnya bagaimana kok glutamat dalam bentuk MSG bisa jadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari? Semua berawal dari negeri matahari terbit. Ada seorang profesor yang penasaran dengan kelezatan kombu atau kaldu rumput laut. Dia pun berusaha mencari tahu tentang sumber cita rasa itu datang dan berada.

Profesor Kikunae Ikeda namanya. Dia mengisolasi asam glutamat sebagai bahan rasa baru pada tahun 1908 dari ganggang laut Laminaria japonica, kombu, dengan ekstraksi air dan kristalisasi, dan menamai rasa ini umami. Dia memperhatikan bahwa kaldu Jepang katsuobushi dan kombu mempunyai rasa tidak biasa. Pada waktu itu, yang namanya rasa belum secara ilmiah dideskripsikan dan berbeda dari rasa manis, asin, asam, dan pahit.

Untuk memverifikasi bahwa glutamat yang diionisasi adalah penyebab rasa umami, Profesor Ikeda mempelajari berbagai sifat rasa garam glutamat seperti kalsium, kalium, dan magnesium glutamat. Semua garam menghasilkan rasa umami. Ada juga rasa logam tertentu akibat adanya mineral lain dalam garam tersebut. Di antara garam-garam itu, sodium glutamat adalah yang paling mudah larut dan sedap, dan mudah dikristalkan. Profesor Ikeda menamai produk ini monosodium glutamat dan mengajukan paten untuk membuat MSG. (Wikipedia, 2019)

Maka, FDA, sebagai otoritas pengawasan obat dan makanan di Amerika Serikat, menyatakan dengan seada-adanya bahwa MSG tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Dengan catatan, penggunaannya tidak melebihi nilai anjuran yang telah ditentukan dari serangkaian pengujian sub klinis. Jadi, micin itu aman Bro!

Para penikmat sambel tumpang isi tempe, balado pete, juga pepes jamur plerotus, sadarlah bahwa Anda adalah generasi micin sejati. Maka, tetaplah Anda menjadi generasi micin, tapi generasi micin yang cerdas, istiqamah, dan mampu menebarkan rahmah sebagai bentuk rasa syukur akan karunia Allah dalam rupa asam amino glutamat yang nikmat! (Tauhid Nur Azhar)