Mengenal Covid-19

Covid-19! Inilah nama yang sedang viral di seantero dunia. Dari sudut pandang keimanan, Covid-19 dan virus-virus lainnya adalah satu dari sekian tanda kebesaran Allah. Kita dituntut untuk ber-iqra sehingga bisa menyikapi penyebarannya dengan ilmu. Ujung akhirnya, kita bukan sekadar tahu apa dan bagaimana virus ini, plus bagaimana menghadapinya. Kita pun bisa melangkah pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu semakin dekat dengan Allah Ta’ala. Inilah yang terpenting. Hadirnya virus menjadikan kita semakin taat dan semakin yakin akan kemahabesaran-Nya.

***

Covid-19 yang keluar pada tahun 2019 akhir di Wuhan, diidentifikasi sebagai virus spesifik dari keluarga Corona, sekaligus turunan dari ordo Nidovirales. Sebenarnya, virus ini tidak asing lagi bagi kita karena bukan jenis pendatang baru. Sebelumnya kita mengenal SARS dan MERS yang pernah eksis. Semuanya berasal dari keluarga besar Nidovirales.

Dalam ilmu hayati, Covid-19 tergolong sebagai virus RNA. Apa maksudnya? Secara umum, virus terbagi ke dalam dua bagian. Pertama, virus DNA, contohnya virus hepatitis yang menyasar organ hati. Kedua, virus RNA, contohnya SARS dan Covid-19 yang menyasar organ pernafasan.

RNA hadir sebagai hasil copian, salinan atau replikasi dari apa yang terdapat di dalam DNA. Materi ini kemudian dimasak di dapur yang dinamakan ribosom yang ada dalam sel. RNA, dengan demikian adalah salinan buku resep yang tidak bersifat double strain layaknya DNA, melainkan single strain alias tangga yang tidak punya pasangan. Inilah inti dari Covid-19.

***

Sebagaimana sel, termasuk sel virus, Covid-19 punya kelengkapan lainnya. Ia dibungkus oleh “amplop” atau “pakaian pelindung”, atau istilah ilmiahnya glikoprotein, sehingga dia mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Covid-19 secara fisik berbentuk bulat seperti bola. Itulah mengapa dinamakan Corona, sebagaimana corona matahari yang menjadi bagian dari mahkota yang membulat yang berada di bagian terluar matahari.

Pada permukaan amplop glikoprotein ini ada banyak tonjolan yang berfungsi sebagai antigen permukaan. Tonjolan ini berfungsi pula sebagai identitas sehingga Covid-19 bisa dikenali oleh sekitarnya. Salah satu “mitra kerja” si virus ini adalah sistem kekebalan tubuh (sistem imun) manusia.

Fungsi lain dari tonjolan ini adalah melakukan doking atau melekat kepada host (sel inang atau sel target yang akan ditempati), khususnya pada sel-sel yang berada di saluran pernafasan dan paru.

***

Saat masuk ke tubuh, Covid-19 akan melekat pada sel host untuk melakukan pembajakan. Dia akan masuk ke dalam host dengan melepas “amplop” atau “pakaiannya”, lalu memasukkan atau menyisipkan RNA. Bahan ini disisipkan di sel host sebagai messenger RNA. Jadi, bukan virusnya yang masuk, akan tetapi buku salinan resep. Oleh ribosom (yang telah terkelabui) ia dikenali sebagai bagian dari tubuh yang perlu direproduksi. Maka, resep RNA ini segera “dimasak” dengan menggunakan dengan bahan baku yang ada di dalam sel tuan rumah.

Setelah proses reproduksi terjadi, lahirnya virion (virus-virus muda) yang banyak. Akibatnya sel host mengalami kerusakan karena kehabisan “bahan makanan” dan energi. Inilah yang kemudian memicu terjadinya mekanisme nekrosis, yaitu mengalami infeksi peradangan. Ada pun masa inkubasi, atau jeda waktu antara infeksi dan munculnya gejala pertama, bervariasi di antara setiap orang. Akan tetapi, rerata terjadi dalam lima hari.

***

Ternyata, masalah yang paling krusial bukan sekadar kematian sel dan penyebaran virion di dalam sel-sel pernafasan. Menurut Prof. CA. Nidom dari FK Unair, persebaran virus ini melahirkan reaksi berlebihan dari sistem imun tubuh berupa “badai sitokin” (sitokin storm) yang ditandai dengan reaksi peradangan berantai. Efek selanjutnya adalah terjadinya pneumonia berat alias kegagalan fungsi respirasi. Saat terkena pneumonia, pasien harus menggunakan ventilator agar bisa bernafas.

Ilustrasinya, petugas keamanan berusaha menangkap maling yang bersembunyi di rumah cara menghancurkan rumah tersebut. Malingnya tertangkap tapi rumahnya ikut hancur.

***

Berdasarkan hal ini, para ahli menyarankan agar imun tidak melakukan aksi berlebih, dia harus diberi “pengertian” plus nutrisi yang sesuai. Salah satu sumber nutrisi yang bisa dikonsumsi untuk memperkuat sistem imun tubuh adalah rimpang-rimpangan, semisal jahe, kunyit, temulawak dan aneka makanan alami nan bergizi lainnya.

Tentu saja, ikhtiar lainnya patut pula untuk kita perhatikan agar jangan sampai terpapar Covid-19, atau tidak menjadi agan pembawa virus. Mulai dari menerapkan social distancing secara proporsional, mengenakan masker saat keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun, menjaga wudhu, memperkuat doa dan ibadah kepada Allah dan lainnya.

Dengan demikian, “seseram” apa pun penyebaran Covid-19, kita tetap mendapatkan pahala dan keberkahan. Baik dari proses iqra-nya maupun proses ikhtiarnya; baik itu ikhtiar dalam konteks pencegahan ataupun ikhtiar dalam konteks pengobatan. (Tauhiid Nur Azhar)

sumber foto: euronews.com