Menjemput Rezeki dengan Bersyukur

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata, Rasulullah SAW bersabda “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan janganlah lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Suatu malam, saya bersama ibu dan adik sedang berkumpul di ruang tamu menunggu ayah pulang kerja. Saat itu, salah satu tv swasta sedang menayangkan suatu acara yang menyoroti kehidupan seorang pedagang kerupuk yang tak bisa melihat. Adik saya yang berumur 8 tahun pun menontonnya dengan penuh antusias. Terlihat bahwa di dalam tayangan itu seorang presenter bertanya pada narasumbernya mengenai penghasilan yang didapatnya setiap hari, dan narasumbernya menjelaskan hasil dari kerjanya itu tak mampu mencukupi kehidupannya. Tiba – tiba adik saya bertanya pada ibu saya yang sedang menontonnya juga.

“Bu kenapa sih orang itu kadang punya uang kadang enggak?”

ibu saya tak langsung menjawabnya dan hanya terdiam sambil memandanginya, tanpa sepatah kata pun. Saya yang berada di ruang tamu pun mendengar pertanyaan itu namun tak hendak menjawab dan hanya mengabaikannya saja. Tak berapa lama ibu saya langsung menjawab dengan hati yang tenang, dan jawaban yang hati-hati bermaksud agar mudah dimengerti.

“De, Allah membuat semua orang kadang mempunyai uang dan kadang tidak, agar semua orang bersyukur. Kalau saja Allah selalu membuat semua orang selalu mempunyai uang, maka orang itu akan menjadi kufur nikmat, begitupun sebaliknya.”

Tak banyak kata-kata yang saya ingat dari jawaban ibu, karna tidak benar-benar memperhatikannya dan asyik dengan apa yang sedang saya kerjakan.

Berhari-hari, setelah malam itu. Saya yang sedang berada di jalan, usai pulang sekolah, bermaksud untuk menaiki kendaraan umum. Dan mulai merogoh saku bermaksud untuk menyiapkan ongkos. Tak banyak uang yang saya punya, hanya sekitar Rp.3000,00. Dan uang itu hanya cukup untuk ongkos pulang saja, tanpa sisa. Seketika saya teringat dengan kata-kata ibu, saya pun memikirkannya sepanjang perjalanan.

Ya! Benar, Allah membuat siklus kehidupan hambanya itu naik dan turun. Tidak semua orang itu selalu mempunyai rezeki sesuai yang ia inginkan. Begitupun dengan uang, tidak semua orang selalu mempunyai uang. Kenapa? Agar hambanya bisa mengetahui tentang arti bersyukur yang sebenarnya. Agar hambanya merasakan bagaimana rasanya jika sedang membutuhkan uang dan merasakan bahagia di saat rezeki datang. Itu semua dimaksudkan agar hambanya tidak kufur nikmat. Karena pada dasarnya semua makhluk cipataan Allah di dunia ini selalu tidak puas akan apa yang dimilikinya, akan selalu berharap lebih akan apa yang telah didapatnya. Tapi renungkanlah banyak orang yang lebih tidak beruntung atas apa yang telah kita miliki.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).

Perlu kita yakini, rezeki itu tidak pernah salah pintu, tidak pernah keliru. Semua rezeki tentunya sudah diatur oleh Allah SWT. Dengan keyakinan seperti ini tentunya akan menambah keimanan kita. Dan sudah seharusnya kita bersyukur kepada-Nya atas semua yang telah kita dapat, agar Allah tidak segan untuk menambahnya. Kadang kala ada di antara kita yang terlalu bangga atas rezeki yang telah didapat, namun percayalah Allah lah yang mengatur segala kehendaknya, tanpa kehendak-Nya tidak mungkin kita mendapatkan apa yang kita inginkan.

Selalu ingatlah makna dari kalimat “kun fayakun” jadilah maka jadilah, meskipun kita sudah berjuang dan berusaha semaksimal mungkin namun jika Allah berkata tidak, maka tidak akan pernah terjadi. Di sisi lain, kita juga tidak boleh merasa sedih atas rezeki yang terasa sempit dan terlalu larut dalam keluh kesah. Tapi bersabarlah jika rezeki, atau apapun yang kita inginkan belum diizinkan oleh Allah, karna kita sebagai hamba kadang tidak pernah tahu atas apa yang akan terjadi di depan. Percayalah pada Allah yang Maha Mengetahui atas apa yang ada di bumi dan di langit, segala sesuatu pasti akan ada hikmahnya.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah:261)

Sebagai penutup, intinya kehidupan manusia itu seperti matematika, apapun yang kita punya pasti kita ingin agar itu selalu bertambah, namun segala sesuatu yang bertambah pada akhirnya akan berkurang juga. Begitu pun jika kita ingin rezeki kita berkali-kali lipat dari apa yang telah didapat, maka kita harus pintar dalam mencari rezeki dan memanfaatkannya. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya rezeki yang didapat itu dimanfaatkan di jalan yang Allah ridai. (Ayu Nurul Mausufy)