Menumbuhkan Sifat Sidiq

Saudaraku, Nabi Muhammad saw diberi gelar al-Amin jauh sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Pada saat remaja, sudah banyak orang yang mempercayainya. Banyak di antara mereka yang menitipkan barang atau sesuatu kepada Rasulullah saat mereka bepergian.

Gelar al-Amin disandangkan oleh penduduk Mekah karena dikenalnya Nabi Muhammad sebagai seorang laki-laki yang amanah, jujur, dan dapat dipercaya. Karena itulah, sifat amanah dan jujur dapat menarik hati seorang perempuan yang bernama Khadijah, yang kemudian berharap dapat menikahinya. Khadijah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rasulullah bekerja di usaha dagang yang dimilikinya.

Lebih jauh lagi, gelar ini disandangkan saat Rasulullah mampu dengan adil dan bijak memutuskan perselisihan. Yakni terkait siapa yang paling berhak menempatkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya. Mereka mengatakan kepada Nabi, “Rodiinaa bil amin.” Artinya, “Kami rida dengan keputusan al-Amin (Nabi Muhammad saw).”

Gelar al-Amin (tepercaya) yang disandang oleh Rasullah merupakan bukti mulianya perangai beliau. Baik itu ketika belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, maupun setelah menjadi Nabi dan Rasul.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong).” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Saudaraku, sosok yang pemilik sifat sidiq hatinya akan tumaninah, begitu pula sebaliknya. Tidak ada ketenangan dalam bermaksiat. Orang yang tidak jujur pasti waktunya akan terkuras untuk menutupi ketidakjujurannya. Maka, tolong dipastikan pelajaran dan praktik kejujuran menjadi kunci penting jika menginginkan perilaku yang lebih baik. Inilah yang selalu harus dipikirkan, periksa saja diri kita. Apakah kita sudah termasuk orang jujur atau tidak?

Masih panjang perjuangan bangsa kita selagi kata jujur tidak menjadi pilar utama setelah tauhid. Apakah jujur itu harus memberitahu segalanya? Tidak harus kita ceritakan segala-galanya. Jangan sampai jujur itu menjadi bodoh. Kejujuran perlu ilmu sehingga tidak menjadi sesuatu yang konyol.

(Kajian MQ Pagi, Jumat 9 Oktober 2020)