Meredam Gelisah Hati

Tahukah sahabat tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran waktu dan tenaga; yang berakibat mengurangi kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas perasaan cemas apalagi berlarut-larut tidak akan membuahkan penyelesaian, selain hanya membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita.

Padahal hidup ini sungguh teramat singkat. Kapan lagi kita akan merasakan kebahagiaan apabila dari hari ke hari yang terkumpul adalah kecemasan dan berujung pada kegelisahan. Yang terjadi justru hilangnya perasaan nikmat dalam menjalani hari-hari kehidupan ini. Rasa cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗ

اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ ﴿الحديد : ۲۲

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗ

وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ ۙ ﴿الحديد : ۲۳

Artinya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. al-Hadid [57]: 22-23).

Jelaslah sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak ada kecemasan dan kegelisahan saat suatu kejadian menimpa jika iman telah kuat. Akan tetapi kebanyakan dari kita ternyata amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal sudah jelas tidak ada satu pun yang dapat menimpakan bencana atau mendatangkan manfaat selain dengan izin-Nya.

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚ

وَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖ ۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ﴿يونس : ۱۰۷

Artinya: “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10]: 107).

Walaupun bergabung jin dan manusia hendak memberikan manfaat, maka tidak akan pernah datang kecuali yang ditentukan Allah Ta’ala. Apa perlunya kita bercemas-cemas karena memperpanjang pikiran dan menggantungkan harapan kepada sesama makhluk, sedangkan mereka pun sama sekali tidak dapat menolak kemudharatan yang menimpa diri mereka sendiri.

Cukuplah kepada Allah SWT kembalinya segala harapan dan segala urusan, karena hanya Dia-lah penguasa segalanya dan penentu segenap kejadian. Tiada sesuatu pun di jagat semesta ini yang dapat bergerak tanpa izin-Nya, karena tiada daya dan upaya tanpa kekuatan dari-Nya. (KH. Abdullah Gymnastiar)