Nasihat Aa Gym untuk Peserta OPOP 2020

Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT) KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menyapa para peserta Pelatihan dan Magang One Pesantren One Product (OPOP) 2020, Rabu (23/9). Bertempat di lantai utama Masjid DT Bandung, para peserta menunggu momen tersebut yang diakhiri dengan sesi tanya jawab.

“Terima kasih bisa silaturahim ke DT. Ini kali pertama Aa menerima kunjungan saat masa pandemi ini. Tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang sia-sia, semoga ini takdir Allah. Bukan ijin Allah saja kita hadir di sini, tapi juga Allah rida kepada kita untuk berjumpa,” ujarnya.

Aa Gym menuturkan, DT hadir bukanlah kebetulan. Menurutnya, DT hadir sudah tercatat di Lauh Mahfudz dan bukan kuasa dirinya.

“Kami ini diuji oleh Allah, apakah bisa mengemban amanah ini atau menjadi jalan ujub, riya, takabur dengan segala yang dimiliki DT,” katanya.

Aa Gym juga menjelaskan tentang tantangan mengelola pesantren mandiri dan memiliki bermacam usaha.

“Di DT ini, ada aset milik Aa pribadi dan ada aset wakaf. Dan sudah disampaikan penjelasannya oleh Pak Alek (Direktur Utama Duta Transformasi Insani) dan yang lainnya, itu harus dipisahkan. Karena, jika tidak dipisahkan timbul rasa bangga diri dan merasa memiliki. Itu tidak baik dan bahkan bisa mendatangkan tidak ridanya Allah kepada kita. Jadi, semua yang hadirin lihat di DT ini bukan milik Aa, tapi aset wakaf,” tuturnya.

Menurut Aa Gym, merasa memiliki harus sangat dihindari oleh setiap pesantren, dan mengingatkan akan kehati-hatian dalam pengelolaan pesantren.

“Jangan sampai pesantren tidak mandiri dan tersistem dalam pengelolaannya. Kita boleh harus menjadikan pesantren mandiri dan itu suatu keharusan, tapi sangat riskan ke arah yang tidak diinginkan jika kita salah niat. Hati-hati jangan sampai kita tidak bersandar kepada Allah Ta’ala,” kata Aa Gym.

Aa Gym juga menyampaikan kegiatan OPOP ini hanya sebagai jalan, bukan sandaran pesantren menjadi mandiri. Menurutnya, kemandirian pesantren adalah kesungguhan untuk menolong agama Allah dan sebagai media syiar dakwah dalam bentuk ekonomi kreatif. (Eko)