Pemimpin Menghimpun Kawan, Boss Menghimpun Lawan

Pemimpin memiliki visi yang jelas. Ia melihat jauh ke depan, sehingga ia bisa melihat harapan yang ditujunya, betapapun berat dan sulitnya permasalahan saat ini yang dihadapinya. Seorang pemimpin, bagaikan sang Jenderal yang hendak memenangan peperangan, bukan meraih kemenangan pertempuran. Ada kalanya ia mengalami kekalahan dalam suatu pertempuran, lalu ia mengkonsolidasi kembali kekuatannya dan meraih kemenangan di akhir peperangan. Adakalanya ia mengambil jalan berputar, mengubah-ubah taktis, namun semua itu berjalan pada garis yang ditetapkannya, mengarah pada tujuan yang telah dicanangkannya.

Dengan pandangan seperti ini, seorang pemimpin selalu melihat dan mempertimbangkan setiap gerakan dan aktifitasnya dalam kerangka jangka panjang. Ia mudah memaafkan, apabila bawahannya melakukan kesalahan. Memotivasi pengikutnya sehingga dapat melewati jalan perjuangannya dengan mengambil pelajaran pada setiap tempat yang dilaluinya. Begitulah sang pemimpin, membawa anak buahnya.

Kepemimpinan seperti itu, melahirkan kecintaan dan kesetiaan dari para pengikutnya. Ada rasa tentram pada saat menjalankan setiap instruksinya, sebab kesalahan bukanlah aib, tetapi pelajaran untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Ada yang mendorong apabila pergerakan menjadi lamban. Ada yang mengarahkan tatkala kebimbangan menyelimuti pengikutnya.

Keluasan wawasan seorang pemimpin, melapangkan hatinya tatkala berhadapan dengan berbagai permasalahan. Seorang pemimpin, tidak akan mudah emosional, marah dan menekan pengikutnya apabila terjadi masalah. Wawasan yang luas, akan memetakan setiap permasalahan dalam sebuah lanskap pencapaian tujuan. Bisa membedakan hal-hal besar yang prinsipil dengan masalah remeh yang menyita waktu. Sikap positif kepemimpinan semacam ini, mengundang kawan-kawan untuk berhimpun, menggalang dukungan dan kesetiaan dalam usaha yang diperjuangkannya. Begitulah seorang pemimpin.

Berbeda halnya dengan seorang Boss, yang tidak memiliki wawasan dan pemikiran yang sempit. Maka ia akan terus berhitung dengan pandangan yang dangkal, wawasan yang pendek. Respon-responnya sangat reaksioner. Ia tidak mampu melihat permasalahan dalam peta kepemimpinannya, sehingga masalah-masalah yang dihadapinya adalah belitan yang akan menghancurkan dan menggoyahkan kedudukannya.

Respon seorang boss dalam menghadapi masalah sangatlah tipikal. Emosional, sporadic dan melemparkan kesalahan dan tanggung-jawab kepada orang lain. Sikap negative dalam kepemimpinan seperti ini, akan mendatangkan respon negative pula dari bawahannya. Ketundukan dan ketha’atan anak buahnya adalah keterpaksaan karena struktur yang ada. Pada saat yang sama, mereka akan berharap untuk terjadinya pergantian kepemimpinan.

Seorang Bos akan menjadikan suasana perusahaan dan lembaga penuh dengan permasalahan “politis”, intrik masalah kedudukan dan berujung pada saling menjatuhkan. Bila suasana semacam ini yang hadir, maka produktifitas dan prestasi menjadi terabaikan. Lambat laun, kepemimpinan tanpa visi, atau seorang Bos, akan membawa apa yang dipimpinnya pada kerusakan dan kehancuran. Sehingga satu-satunya prestasi kepemimpinan seorang Bos adalah keberhasilannya mempersatukan lawan-lawannya untuk menurunkan dirinya. (Muhammad Aldi)