Puasa dan Ketenangan Batin

“What do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting.”

(Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional). (Dr. Yuri Nikolayev)

Mungkinkah manusia bisa bertahan hidup berbulan-bulan tanpa makanan? Sesungguhnya, setiap sel dalam tubuh memiliki tingkat metabolisme yang mampu menyesuaikan diri dengan aktivitas yang dijalankan khalifah-nya. Walau demikian, yang paling berpengaruh adalah faktor pikiran dan keyakinan. Ketika menjalankan ibadah puasa misalnya, kemudian kita banyak mengeluh dan berkeluh kesah, puasa yang kita jalani tersebut pasti terasa lebih menyiksa. Tubuh menjadi lemas dan lesu. Tingkat rasa haus dan lapar pun terasa lebih berat.

Kabar buruknya, dalam kondisi takut, cemas dan tertekan, tubuh akan mengaktifkan hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar glukosa atau gula dalam darah. Semakin tinggi tekanan, insulin yang diproduksi pun semakin sedikit sehingga kita semakin merasa lemas. Walaupun kadar gula dalam darah kita tinggi, tetapi apabila insulin tidak diproduksi, gula tersebut tidak dapat diolah dan dikirim ke dalam sel.

Terkait hal ini, kita mengenal kondisi basal metabolic rate atau dasar metabolisme tubuh yang optimal. Optimasi metabolisme tubuh terjadi ketika insulin berada pada kondisi ideal, yaitu ketika kita tenang dan tidak stres. Ketika otak kita didominasi hormon cinta dan kedamaian, khususnya endorfin, insulin akan diproduksi optimal sesuai kebutuhan dasar sel-sel tubuh. Insulin akan memecah cadangan gula, misalnya cadangan glikogen dalam otot, hati, dan lemak, yang mana cadangan-cadangan tersebut diproses untuk menghasilkan energi. Jika mekanisme ini berjalan efektif, tanpa makan seminggu pun, seseorang masih bisa bertahan dengan kondisi normal asalkan tidak terkena dehidrasi. Dalam kondisi ekstrem, seseorang bisa bertahan sampai berbulan-bulan lamanya, bahkan sampai tidak bernapas!

Dalam perspektif psikologi, kita menemukan teori reticular activating system (RAS). Teori ini menyebutkan bahwa sistem penghubung saraf hanya bekerja efektif jika kita dalam keadaan tenang. Tepatnya ketika gelombang otak berada dalam kondisi alfa dan theta. Alfa adalah jenis gelombang otak dengan frekuensi 8-12 Hz yang berhubungan dengan kondisi pikiran yang rileks dan santai. Ada pun theta adalah gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind). Theta muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement).

Artinya, ketika berada dalam kondisi alfa, aktivitas sistem limbik kita mampu mengontrol rasa takut, cemas, resah, dan gelisah. Setiap sel dalam tubuh pun, dengan demikian, berada dalam kondisi tenang dan bahagia. Dengan energi minimal pun sel bisa menjalankan aktivitasnya dengan optimal.

Di sini kuncinya ada pada keyakinan. Mantapnya keyakinan akan meningkatkan hormon endorfin, preopioid melanokortin (POMC), enkefalin, penilethilamin (PEA), oksitosin dan vasopresin. Ketika hormon-hormon tersebut teraktivasi secara proporsional, sel-sel tubuh mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk bertahan hidup. Andai pun tidak ada, sebagian dari sel tubuh kita akan berhenti bermetabolisme, tetapi tidak mati.

Oleh karena itu, Rasulullah saw menganjurkan kita melakukan saum Daud, Senin Kamis, dan tentu saja saum Ramadan sebulan penuh. Selain menghadirkan ketenangan, ibadah tersebut dapat melatih diri kita untuk tidak selalu menuruti tuntutan tubuh. So, masih malaskah berpuasa? (Tauhid Nur Azhar)

sumber foto: sains.kompas.com